Ahad 03 Jan 2021 20:40 WIB

Konsumen Keluhkan Hilangnya Stok Tahu dan Tempe

Konsumen meminta kenaikan harga tempe dan tahu di kisaran wajar

Red: Nur Aini
Nyoto Prawiro sedang membunkus tahu pesanan pembeli di lapaknya, PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (3/1) sore. Nyoto adalah satu-satunya pedagang tahu dan tempe di PD Pasar Minggu pada hari ini. Sebab, sudah empat hari pengrajin tahu dan tempe mogok produksi lantaran harga kedelai naik hingga 35 persen
Foto: Republika/Febryan. A
Nyoto Prawiro sedang membunkus tahu pesanan pembeli di lapaknya, PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (3/1) sore. Nyoto adalah satu-satunya pedagang tahu dan tempe di PD Pasar Minggu pada hari ini. Sebab, sudah empat hari pengrajin tahu dan tempe mogok produksi lantaran harga kedelai naik hingga 35 persen

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumen di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengeluhkan hilangnya stok tahu dan tempe di lapak pedagang dalam dua hari terakhir imbas mogok produksi di kalangan perajin kedelai.

"Sudah sejak tahun baru ini aja saya gak ketemu lagi tahu dan tempe di pasar. Saya juga baru tahu hari ini kalau ada mogok kerja dari yang bikin (produsen)," kata salah satu konsumen tahu dan tempe, Nurohatun Hasanah (48 tahun) di Jakarta, Ahad (3/1).

Baca Juga

Nurohatun selama ini membutuhkan 30 sampai dengan 40 kilogram tahu dan tempe untuk digoreng dan dijual di warteg kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Namun, sejak komoditas berbahan baku kacang kedelai itu hilang dari pasaran, Nurohatun beralih menjual kentang goreng dan sayuran.

"Ada yang lain, misalnya ada kentang sayuran yang lain, kalau gak ada tahu tempe. Saya baru tahu kalau katanya kacang kedelai lagi susah," katanya.

Dia berharap produsen kembali memasok tahu dan tempe sebab penggemar makanan tersebut cukup tinggi di warungnya.

"Namanya orang Indonesia kan favoritnya tahu tempe. Seharusnya walaupun mahal harus diadain biarpun mahal," katanya.

Konsumen lainnya Windy (27 tahun) mengaku sudah dua hari terakhir tidak berjualan gorengan tempe dan tahu isi.

"Saya sering beli di pasar. Biasanya buat dagang gorengan, tapi dari tahun baru gak ada. Biasanya ada aja pedagang yang nyetok, tapi kemarin gak ada sama sekali, yang anterin juga gak ada. Katanya kacangnya lagi mahal," katanya.

Windy mengaku mengalami penurunan pendapatan hingga separuh dari biasanya sejak tahu dan tempe hilang dari pasaran. "Kalau jualan sih tetap, tapi kan saya gak jual tahu dan tempe jadi pendapatan jadi turun sekitar setengahnya, karena dagangan gak komplit," katanya.

Warga Pulogadung itu berpesan kepada produsen agar harga tahu tempe bisa stabil, tetapi kalaupun harus naik harganya tetap wajar dan bisa terjangkau.

"Walaupun harganya naik, yang penting ada. Yang penting naiknya terjangkau. pelanggan nanyain juga, padahal baru seminggu lalu toge gak ada di pasaran," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement