Senin 04 Jan 2021 13:58 WIB

Kunjungan Wisatawan Bantul Tembus 1,7 Juta Orang Tahun Lalu

Angka ini melampaui target yang ditentukan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.

Foto: Sungai Opak, kawasan ekowisata Sriharjo, Bantul, Yogyakarta
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Foto: Sungai Opak, kawasan ekowisata Sriharjo, Bantul, Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke semua destinasi daerah ini sepanjang 2020 sebanyak 1,7 juta orang. Melalui data kunjungan yang tercatat di instansinya, realisasi kunjungan wisatawan tersebut telah melampaui target yang dicanangkan pada 2020.

"Realisasi total pengunjung wisata sampai 31 Desember sebanyak 1.735.510 orang dengan pendapatan daerah sebesar Rp16,95 miliar," kata Sekretaris Dinas Pariwisata Bantul Annihayah di Bantul, DIY, Senin (4/1).

Baca Juga

Target awal 2020 untuk pengunjung sebanyak 3,2 juta orang dengan pendapatan dari retribusi wisata sebesar Rp32 miliar, sementara target perubahan menjadi 1,49 juta orang dengan pendapatan Rp14,5 miliar. Dengan data wisata tahun ini, terealisasi 116,9 persen.

"Pendapatan asli daerah (PAD) wisata kita turunkan, jadi target murni kita di Rp32 miliar, di perubahan APBD berani Rp14,5 miliar, jadi hanya separuh, karena kita melihat situasi kondisi yang seperti ini (pandemi COVID-19)," kata Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo.

Menurut dia, masa pandemi2020 memang dirasakan di sektor pariwisata, bahkan selama liburan panjang Natal dan Tahun Baru jumlah kunjungan tidak sampai 100 ribu orang. Padahal pada tahun lalu, target 220 ribu orang bisa tercapai selama libur akhir tahun.

"Itu realitas di lapangan, karena pandemi ada penurunan kunjungan signifikan, tetapi prinsip bahwa dalam rangka pandemi sekalipun ada penurunan signifikan tetapi kalau kegiatan pariwisata jalan aktivitas ekonomi ternyata juga menggeliat, dampak tidak terlalu parah," katanya.

Dia mengatakan, sehingga pentingnya penerapan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19 di tempat wisata harus selalu ditegakkan dan diperketat. Hal ini diterapkan agar aktivitas pariwisata tetap jalan, ekonomi menggeliat, dan masyarakat tetap sehat.

"Artinya, mudah-mudahan selaras bahwa kondisi kesehatan segera membaik, pariwisata segera membaik, dan masyarakat tidak ada masalah baru, yaitu masalah ekonomi. Harapannya seperti itu, dan kita semua saling menjaga," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement