REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Pemburu Covid-19 melakukan tes cepat antigen terhadap pedagang kaki lima peserta aksi unjuk rasa penolak penutupan Jalan Inspeksi Saluran Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur, Senin (4/1) sore. Upaya tes cepat antigen itu dilakukan polisi beserta jajaran Satpol PP sebab aksi unjuk rasa di kawasan Duren Sawit itu menimbulkan kerumunan.
Upaya tersebut sempat diwarnai cekcok mulut antara demonstran dengan petugas karena pedagang mengeklaim telah menerapkan protokol kesehatan dalam aksi mereka. Petugas pun terlibat aksi kejar-kejaran dengan sebagian demonstran dari kalangan ibu-ibu yang biasa berdagang di area tersebut.
"Jangan ada aksi, sebab kalian (demonstran) tidak memperoleh izin menggelar aksi unjuk rasa. Aksi ini menimbulkan kerumunan yang rawan penularan Covid-19," ujar salah satu petugas polisi melalui pengeras suara.
Polisi juga menegur sebagian demonstran yang membawa serta anak mereka dalam aksi tersebut. Sebagian demonstran yang menolak dilakukan tes cepat antigen akhirnya berhasil digiring petugas menuju meja pemeriksaan di Mapolrestro Jakarta Timur. Namun sebagian lainnya berhasil kabur dari kejaran aparat.
Aksi unjuk rasa pedagang dipicu keputusan Wali Kota Jakarta Timur yang menutup akses Inspeksi BKT hingga batas waktu yang belum ditentukan. Kebijakan itu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran PKL yang berpotensi memicu kerumunan.
"Penutupan ini sampai ada keputusan lebih lanjut dari Pak Gubernur," ujar Wali Kota Jakarta Timur M Anwar.
Dalam aksi tersebut, demonstran membawa keranda mayat sebagai visualisasi aksi dari kesulitan ekonomi yang mereka alami selama tidak bisa berdagang. "Kami dilarang dagang sejak Maret 2020 sampai sekarang. Dari mana kami bisa cari makan kalau bukan berjualan," ujar salah satu demonstran, Khoiriah.