REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Produsen di seluruh Eropa mengakhiri tahun lalu dengan posisi yang tinggi. Sementara itu, pabrikan Asia meningkat cukup baik, berkat permintaan yang kuat di raksasa regional China. Tapi, kemungkinan pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi akibat virus corona yang lebih ketat akan menekan laju pemulihan.
Meski ada harapan bahwa program vaksinasi yang diluncurkan akan memadamkan virus, kebangkitan kembali infeksi virus corona memaksa banyak negara memberlakukan kembali kontrol ketat terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini berpotensi merugikan eksportir besar seperti China dan Jerman.
Ekonom Holger Schmieding dari Berenberg menyebutkan, manufaktur global yang masih berputar hingga pertengahan Desember lalu merupakan dasar baik untuk pemulihan ekonomi setelah gelombang pandemi sempat mereda.
Ia memproyeksikan, aktivitas manufaktur akan sedikit mundur pada Januari akibat lockdown di banyak negara. "Tapi, dengan China yang tetap kuat dan AS tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan daya beli konsumen, prospek manufaktur masih baik," katanya, seperti dilansir di Reuters, Senin (4/1).
Pada bulan lalu, aktivitas manufaktur zona euro tercatat meningkat dalam laju tercepat sejak pertengahan 2018. Data ini menunjukkan, ekonomi blok tersebut tidak terlalu terpukul oleh pandemi dibandingkan awal tahun.
Purchasing Manufactur Index (PMI) IHS Markit zona euro terakhir naik menjadi 55,2 pada Desember, dari 53,8 pada November. Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan dan ini menjadi nilai tertinggi sejak Mei 2018.
Jerman kembali menjadi kekuatan pendorong manufaktur Eropa. Berbeda dengan industri jasa yang sangat terpengaruh oleh pembatasan aktivitas ekonomi untuk menekan laju penyebaran virus, sebagian besar pabrik di wilayah Jerman tetap beroperasi.