REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beberapa kisah yang mengaitkan stres dengan memutihnya rambut dalam waktu singkat. Sebagian meyakini kisah-kisah ini, sebagian lain cenderung skeptis dan menilai ada penyebab lain yang mempengaruhi kondisi tersebut.
British Medical Journal menyoroti salah satu dari kisah tersebut. Kisah ini terjadi pada seorang perempuan berusia 22 tahun di era 1902. Perempuan tersebut menyaksikan momen seorang korban meregang nyawa dalam sebuah tragedi pembunuhan kejam.
Keesokan harinya, perempuan tersebut menyadari ada perubahan yang terjadi pada dirinya. Sisi kanan dari rambut kemaluan perempuan tersebut berubah menjadi putih sedangkan sisi kirinya tetap berwarna hitam.
Akan tetapi, tidak ada bukti yang jelas terkait insiden ini. Banyak ilmuwan yang tak percaya bahwa stres dapat memicu rambut berubah warna menjadi putih hanya dalam waktu singkat. Beberapa meyakini perubahan warna ini dipengaruhi oleh zat kimia atau perilaku sistem imun yang tak biasa.
Akan tetapi, studi terbaru dalam jurnal Nature mungkin dapat memberikan jawaban terkait fenomena ini. Studi yang dilakukan oleh ahli biologi regeneratif dan sel punca dari Amerika Serikat dan Brasil ini melaporkan bahwa stres memang dapat menyebabkan rambut kehilangan pigmennya. Tak hanya itu, tim peneliti juga berhasil mengidentifikasi jalur seluler yang menyebabkan kondisi ini terjadi.
Dalam studi ini, tim peneliti mencoba mengubah warna warna rambut tikus yang hitam menjadi putih dengan paparan pemicu stres atau stressor. Ada tiga taktik berbeda yang dilakukan yaitu taktik stres pengekangan, stres kronis tak terduga, dan stres akibat nosisepsi.
Ketiga taktik yang dilakukan berhasil membuat rambut tikus berubah warna menjadi putih. Dari ketiga taktik, stres akibat nosisepsi merupakan yang paling cepat dan baik untuk mengubah warna rambut tikus.
Saat mengalami stres, terjadi pula lonjakan neurotransmitter bernama noradrenaline pada tikus. Setelah lima hari, Kondisi ini menyebabkan sel-sel punca melanosit di banyak folikel mengalami proliferasi dengan sangat cepat hingga membuat mereka menghilang. Ketika rambut baru mulai tumbuh di folikel yang tak memiliki sel punca melanosit, rambut yang tumbuh tampak berwarna putih.
"Ketika (sel punca melanosit) hilang, pigmen tak bisa dihasilkan lagi," jelas profesor biologi regeneratif dan sel punca dari Harvard University Ya Chieh Hsu, seperti dilansir Popular Science, Kamis (7/1).
Studi pada 2018 juga pernah mengungkapkan cara lain yang membuat stres dapat memicu rambut kehilangan warna. Studi ini mengungkapkan bahwa respons imun yang overaktif dapat mengahncurkan melanosit dan sel punca melanosit pada tikus sehingga membuat rambut tikus berubah jadi putih.
Selain itu, beberapa obat kanker kulit juga dapat membuat rambut pasien menjadi transparan. Banyak dokter menilai perubahan ini merupakan tanda bahwa tubuh sedang memberi respons positif terhadap obat tersebut. Beberapa cara lain seperti jalur genetik, jalur lingkungan, dan mutasi juga dinilai dapat memicu terjadinya perubahan warna rambut menjadi putih.
Akan tetapi, banyak ilmuwan dan dokter yang masih menyangsikan bahwa perubahan warna rambut menjadi putih bisa terjadi hanya dalam waktu semalam. Fenomena ini dikenal sebagai Canities subita.