Jumat 08 Jan 2021 13:02 WIB

Parlemen Israel Khawatir Digeruduk Massa Bak di Capitol Hill

Apa yang terjadi di AS menunjukkan bahwa satu orang bisa merusak satu negara.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Para pengunjuk rasa Pro-Trump menyerbu halaman Front Timur Capitol AS, di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Berbagai kelompok pendukung Trump telah membobol Capitol AS dan melakukan kerusuhan saat Kongres bersiap untuk bertemu dan mengesahkan hasil pemilihan Presiden AS 2020.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Para pengunjuk rasa Pro-Trump menyerbu halaman Front Timur Capitol AS, di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Berbagai kelompok pendukung Trump telah membobol Capitol AS dan melakukan kerusuhan saat Kongres bersiap untuk bertemu dan mengesahkan hasil pemilihan Presiden AS 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Anggota Parlemen Israel (Knesset), Orna Barbivai meminta Perdana Menterinya, Benjamin Netanyahu, segera menghubungi Donald Trump untuk memastikan penyerbuan Gedung Kongres AS tidak terjadi di Israel. Sebab menurutnya penyerbuan serupa bisa terjadi Israel.

"Apa yang terjadi di Washington bisa terjadi di Israel sehari setelah pemilu, karena Netanyahu melanjutkan hasutannya terhadap pengadilan," kata Anggota Knesset yang lain, Eli Avidar, dilansir di Middle East Monitor, Jumat (8/1).

Baca Juga

Anggota Knesset Ofer Shelah menambahkan, apa yang terjadi di AS meski merupakan negara demokrasi terkuat dan paling menonjol, menunjukkan bahwa satu orang dapat merusak pondasi sebuah negara. "Oleh karena itu, kita harus melindungi sistem demokrasi di Israel sebelum terlambat," ucapnya.

Pemimpin partai Harapan Baru Gideon Sa'ar juga mencatat, penyerbuan Gedung Kongres AS mengingatkannya tentang apa yang juga bisa terjadi di Israel karena keadaan polarisasi dan ekstremisme. Karena itu Netanyahu harus turut mengeluarkan tanggapan terkait itu.

"Penolakan Netanyahu untuk mengomentari gangguan yang menjijikkan di Washington tidak datang secara kebetulan, karena dia pikir dia lebih penting daripada negara," kata Anggota Knesset Ron Huldai.

Anggota Knesset lainnya, Tamar Zandberg juga mengungkapkan, percobaan kudeta di Amerika Serikat adalah hasil dari upaya Trump untuk meyakinkan para pendukungnya bahwa kemenangannya adalah keputusan ilahi. Tidak ada Demokrat yang dapat mengubah fakta itu.

"Sayangnya, banyak partai sayap kanan percaya bahwa demokrasi bekerja hanya dengan satu cara. Oleh karena itu, saya berharap ini tidak akan terjadi di Israel, tetapi saya tidak dapat menjanjikan itu," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement