Senin 18 Jan 2021 07:57 WIB

Rusia Tangkap Kritikus Kremlin Alexei Navalny

Alexei Navalny kembali dari Jerman untuk pertama kalinya sejak diracun

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Anggota Kepolisian Rusia menangkap kritikus terkemuka Kremlin, Alexei Navalny, setibanya di Moskow pada Ahad (17/1).
Foto: EPA
Anggota Kepolisian Rusia menangkap kritikus terkemuka Kremlin, Alexei Navalny, setibanya di Moskow pada Ahad (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Anggota Kepolisian Rusia menangkap kritikus terkemuka Kremlin, Alexei Navalny, setibanya di Moskow pada Ahad (17/1). Navalny kembali dari Jerman untuk pertama kalinya sejak diracun bulan lalu sehingga memicu konflik politik dengan negara Barat.

Langkah yang akan membuat Navalny mendekam 3,5 tahun di penjara atas tuduhan pelanggaran vonis penjara yang ditangguhkan itu berpotensi menyulut kembali tekanan politik terhadap negara Barat untuk memperketat sanksi terhadap Rusia. Sanksi itu terutama untuk proyek pembangunan saluran pipa gas alam dari Rusia ke Jerman senilai 11,6 miliar dolar AS.

Dalam sebuah kasus yang banyak menyita perhatian internasional, Navalny diracun pada musim panas lalu. Berdasarkan pengujian militer Jerman, Navalny diracun dengan zat saraf Novichok, versi kejadian yang dibantah oleh Kremlin.

Navalny akhirnya pulih di Jerman dan setelah pekan lalu menuturkan rencananya untuk pulang ke tanah air. Dinas penjara moskow (FSIN) mengatakan akan melakukan apa pun untuk menangkapnya begitu ia tiba. FSIN menuduhnya melanggar vonis penjara yang ditangguhkan terkait penggelapan, kasus 2014 yang menurutnya direkayasa.

Akan tetapi politikus oposisi berusia 44 tahun itu menanggapinya dengan tawaan dan candaan bersama awak media di pesawat. Navalny menegaskan dirinya tidak takut dan tidak yakin akan ditangkap.

Empat polisi bermasker meminta Navalny untuk ikut bersamanya ke tempat pengecekan paspor di bandara Sheremetyevo Moskow, sebelum dirinya resmi memasuki Rusia. Mereka tidak menjelaskan alasannya.

Navalny, yang usai mencium pipi istrinya, Yulia, pun pergi bersama mereka. Pendukung Navalny menyebutkan bahwa menjebloskan ke penjara salah satu kritikus dalam negeri paling terkemuka Presiden Vladmir Putin dapat mengubah Navalny menjadi tokoh seperti Nelson Mandela sekaligus simbol perlawanan terhadap Kremlin yang semakin populer.

Kremlin, yang hanya menyebutnya sebagai "pasien Jerman", menertawakan hal itu. Para sekutu Putin menunjuk jajak pendapat yang memperlihatkan bahwa pemimpin Rusia itu jauh lebih populer daripada Navalny, yang mereka sebut sebagai blogger ketimbang politisi.

Beberapa menit sebelum penangkapan, Navalny mengatakan "Saya tidak takut. Saya tahu bahwa saya benar. Saya tahu, semua kasus kriminal terhadap saya hanyalah rekayasa".

Navalny mengungkap ada Putin di balik insiden peracunan dirinya. Namun, Kremlin membantah keterlibatan apa pun dan menyebutkan tidak ada bukti bahwa dirinya diracun.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement