REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kepala badan intelijen Rusia (FSB), Sergei Naryshkin, mengatakan kematian oposisi Alexei Navalny karena sebab alamiah. Hal ini disampaikan dalam pernyataan yang mencerminkan upaya Kremlin menyakinkan masyarakat internasional mengenai kematian kritikus vokal Presiden Vladimir Putin.
Naryshkin menyampaikan pernyataan ini dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah Rusia. Ia tidak mengungkapkan penyebab kematian Navalny di koloni hukuman terpencil di Artik atau memberikan detail lainnya. "Cepat atau lambat kehidupan berakhir dan orang meninggal, Navalny meninggal karena penyebab alamiah," katanya, Rabu (6/3/2024).
Navalny meninggal pada 16 Februari 2024 di Koloni Hukuman Nomor 3 di Kota Kharp di wilayah Yamalo-Nenets sekitar 1.900 kilometer sebelah barat laut Moskow. Di sana ia dihukum 19 tahun penjara atas dakwaan ekstremisme.
Pihak berwenang Rusia belum mengumumkan penyebab pasti kematian pria 47 tahun itu. Banyak pemimpin negara Barat yang menyalahkan Putin, tuduhan yang dibantah keras Kremlin. Ibu Navalny, Lyudmila Navalnaya, menghabiskan waktu selama delapan hari untuk meminta pihak berwenang membebaskan jasad putranya karena para pejabat menyatakan mereka perlu melakukan tes post-mortem.
Navalnaya membuat video permohonan kepada Putin untuk mengizinkannya menguburkan putranya dengan bermartabat. Navalny dimakamkan pada Jumat (1/3/2024) di pinggiran kota Moskow dalam pemakaman yang dihadiri ribuan pelayat di tengah penjagaan ketat polisi.
Timnya mengatakan beberapa gereja di Moskow menolak untuk mengadakan pemakaman. Navalny dipenjara sejak Januari 2021, ketika ia kembali ke Moskow untuk menghadapi kemungkinan penangkapan setelah memulihkan diri di Jerman akibat keracunan agen saraf yang dituduhkannya kepada Kremlin.
Di tahun yang sama pemerintah Rusia menetapkan yayasannya untuk Fighting Corruption dan kantor-kantor regionalnya sebagai "organisasi ekstremis.