Senin 18 Jan 2021 14:36 WIB

Satgas Covid-19 UMS Lakukan Edukasi Vaksin

Sejauh ini, banyak kasus yang tertular namun tidak disadari dari siapa.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UMS.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kampus UMS.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO - Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Webinar yang membahas seputar tes cepat (rapid test) dan vaksinasi Covid-19 menggunakan aplikasi Zoom, akhir pekan lalu. Dalam webinar tersebut, UMS melakukan edukasi terkait vaksinasi Covid-19.

Webinar mengangkat tema "Interpretasi Rapid Diagnostik dan Vaksin Covid-19" dengan narasumber Guru Besar Fakultas Kedokteran UMS, EM Sutrisna, yang juga sebagai ketua Satgas Covid-19 UMS, serta Iin Novita Nurhidayati Mahmuda selaku kepala Prodi Profesi Fakultas Kedokteran UMS. Acara diikuti secara daring oleh dosen dan karyawan di lingkungan kampus UMS.

Dalam sambutannya, Rektor UMS, Sofyan Anif, mengingatkan agar tidak perlu panik yang berlebihan terhadap Covid-19. Orang yang terkena Covid-19 tidak harus dirawat di rumah sakit jika tidak memiliki gejala, melainkan bisa isolasi mandiri. Isolasi bisa dilakukan di rumah masing-masing atau juga bisa menggunakan fasilitas yang disediakan oleh kampus.

"UMS juga menyediakan ruangan-ruangan khusus untuk isolasi madiri jika berkenan, kami menyediakan tempat di Gedung Rajiman dan Gedung Ramayana, serta Guest House yang baru saja kemarin diresmikan yang berada di lingkungan Pesantren Mahasiswa KH Mas Mansur kampus 4 UMS. Semua tempat tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan untuk isolasi mandiri," terang Sofyan Anif.

Dalam paparannya di webinar tersebut, EM Sutrisna mengingatkan semua warga UMS tetap waspada terhadap Covid-19 walaupun tidak memiliki gejala. "Saat keadaan normal kita patut berprasangka baik, namun di saat pandemi seperti ini kita patut waspada terhadap penyebaran virus Covid-19. Salah satunya dengan cara tes massa kita dapat membuktikan bahwa kita ini terpapar atau tidak. Sejauh ini, banyak kasus yang tertular namun tidak disadari dari siapa," jelasnya.

Ia menambahkan, sejak 13 Januari 2021 Indonesia telah resmi melakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin Sinovac. Menurut data BPOM, Sinovac memiliki tingkat keamanan yang baik hingga kurang dari satu persen dan memiliki efikasi sekitar 65,3 persen. Namun menurut EM hal tersebut bukan menjadi bentuk pencegahan terhadap Covid-19.

"Pemberian vaksin ini bukan untuk mencegah terpapar dari Covid-19. Kalau mencegah dari terpapar itu namanya isolasi. Pemberian vaksin ini tujuannya agar kita tidak merasa sakit saat kita terpapar Covid-19. Ketika orang itu sudah divaksin dan sudah terbentuk herd immunity, maka dia bisa beraktivitas dengan bebas dan jika mereka terpapar maka akan digolongkan ke dalam orang tanpa gejala (OTG)," ujar dia.

Sementara itu, Iin Novita Nurhidayati Mahmuda menjelaskan, menjadi penerima vaksin harus bersikap jujur. Menurutnya, semua pertanyaan yang diberikan saat screening harus dijawab semua.

"Tidak perlu melakukan testing sebelum vaksinasi jika dirasa dalam kondisi sehat. Harus jujur saat ditanya tim medis saat melakukan screening agar pemberian vaksinasi berjalan dengan lancar," kata Iin.

Lebih lanjut Iin menekankan setelah divaksin diharapkan masyarakat tetap menjalankan protokol kehesatan. "Tetap ikhtiar menjalankan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas) dilaksanakan penuh kesadaran dan bertanggung jawab agar pandemi ini segera berakhir," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement