Senin 18 Jan 2021 20:47 WIB

Satgas RSUI: Belum Ada Tanda Kasus Covid-19 Menurun

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 RSUI mengatakan saat ini kasus masih naik.

Petugas medis mengambil sampel lendir warga saat tes usap PCR di RSUI, Depok, Jawa Barat, Senin (11/1/2021).
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Petugas medis mengambil sampel lendir warga saat tes usap PCR di RSUI, Depok, Jawa Barat, Senin (11/1/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Irandi Putra Pratomo , Ph.D, Sp.P(K), FAPSR mengatakan saat ini kasus Covid-19 masih menunjukkan kenaikan. Belum ada tanda-tanda grafik akan menurun.

"Kelompok umur yang paling banyak menderita Covid-19 yaitu usia produktif, namun yang lebih banyak meninggal dunia yaitu pada kelompok lansia," ujar dr. Irandi dalam keterangannya, Senin (18/1).

dr. Irandi Putra Pratomo, dokter spesialis paru di RSUI, dalam paparannya dengan tema “Kondisi Terkini Covid-19” mengatakan beberapa kondisi dimana transmisi Covid-19 dapat lebih menular. Yaitu, ruangan sempit dan tertutup tanpa ventilasi serta keadaan tanpa masker.

Irandi yang juga merupakan Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan dalam penelitian, beberapa pasien Covid-19 mengalami efek samping atau komplikasi. Di antaranya ada kerusakan saraf.

Tantangan yang dihadapi saat ini, kata Irandi, di antaranya masih banyak beredar hoax terkait Covid-19 bahwa virus corona merupakan senjata biologis yang dibuat suatu negara. Selain itu juga ada hoax mencuci tangan boleh pakai air saja, menjemur barang-barang di bawah sinar matahari selama 30 menit dapat menghilangkan virus, padahal seharusnya masih perlu untuk didisinfeksi.

Hal ini disebabkan masih rendahnya literasi dan kesadaran kesehatan masyarakat Indonesia. Terkait vaksin, banyak pula orang yang beranggapan bahwa vaksin dapat menjadi peluru perak (silver bullet) satu-satunya dalam menghadapi Covid-19.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement