REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menyampaikan, sistem kesehatan di Indonesia saat ini sangat tertekan karena lonjakan pasien positif Covid-19. Dalam beberapa hari terakhir ini, penamba han kasus positif di sejumlah dae rah tercatat sangat drastis, bahkan mencatatkan rekornya selama pandemi, yakni mencapai lebih dari 14 ribu kasus dalam sehari.
Kondisi ini menyebabkan petugas kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan (faskes) di daerah makin kewalahan. Reisa mengaku, petugas kese hatan mengalami kelelahan setelah selama hampir satu tahun menangani pasien Covid-19 yang terus membeludak. Di sisi lain, petugas kesehatan juga masih harus bekerja keras memberikan pelayanan kepada pasien selain Covid-19.
"Saat ini ada tekanan yang sangat besar pada rumah sakit dan tenaga kesehatan. Sistem kesehatan kita tertekan hebat. Kemampuan kita menyembuhkan pasien Covid-19 terganggu dengan adanya penambahan tinggi pasien baru setiap harinya," ujar Reisa saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (18/1).
Kasubdit Tracing Satgas Penanganan Covid-19 Kusmedi Priharto menuturkan, masa rawat pasien Covid yang panjang membuat tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) penuh. Kondisi ini membuat masyarakat kebingungan mencari tempat perawatan.
Meskipun, berdasarkan data, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 cukup tinggi di Indonesia, yakni 85 persen. Artinya, hanya 10- 15 persen pasien Covid yang membutuhkan perawatan. "Namun, perawatan pasien itu membutuhkan waktu antara 10 hari, bahkan ada yang memakan dua bulan hingga tiga bulan," katanya, Senin.
Priharto menambahkan, padahal, biasanya orang yang sakit dan menjalani perawatan medis cukup hanya selama dua atau tiga hari dirawat kemudian pulang. "Namun, lamanya perawatan ini membuat keterisian tempat tidur di rumah sakit betul-betul penuh karena harus menunggu pasien pulang," ujar Priharto.