REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA--Memasuki puncak musim hujan, curah hujan di Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) bisa sangat tinggi. Potensi bencana pun masih terus mengintai hingga Februari mendatang.
Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menyebutkan, puncak musim hujan di Ciayumajakuning berlangsung pada Januari - Februari. Selama puncak musim hujan, tingkat curah hujan diprakirakan bisa mencapai 400 mm/bulan hingga lebih dari 500 mm/bulan. "Curah hujan itu kategorinya tinggi sampai sangat tinggi," kata Faiz kepada Republika, Selasa (19/1).
Dengan kondisi tersebut, lanjut Faiz, maka kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem harus terus dilakukan. Seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung dan petir. "Kondisi itu bisa berdampak pada bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, gelombang tinggi dan lainnya," terang Faiz.
Sementara itu, bencana hidrometeorologi berupa banjir saat ini tengah melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, banjir sedikitnya melanda tujuh kecamatan di Kabupaten Cirebon. Yakni Kecamatan Plered, Tengah Tani, Suranenggala, Panguragan, Klangenan, Gunung Jati dan Susukan. "Ada tujuh kecamatan yang dilanda banjir," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan.
Banjir terjadi sejak Ahad (17/1). Pada Selasa (19/1), banjir mulai surut meski masih ada sejumlah wilayah yang terendam. Hingga Selasa (19/1), wilayah yang masih terendam banjir adalah di Kecamatan Suranenggala.
Camat Suranenggala, Indra Fitriani, menyebutkan, ada sembilan desa di wilayahnya yang terendam banjir. Ketinggian banjir bervariasi antara 20 - 75 cm. Banjir diakibatkan meluapnya sungai Winong sehingga menyebabkan sejumlah saluran pembuang menjadi penuh dan limpas ke pemukiman warga. "Saat ini kondisinya masih banjir walau sudah ada yang surut," kata Indra Fitriani.
Untuk penanganan banjir, terang Indra Fitriani, bagi lokasi dengan genangan yang tidak bisa dikeluarkan, maka dikeluarkan memakai pompa. Sedangkan untuk lokasi yang bisa ditanggul, maka dilakukan penanggulan. "Selebihnya kita tidak bisa berbuat banyak," tutur Indra Fitriani.
Indra Fitriani menyebutkan, ada sekitar 200 warganya yang mengungsi akibat banjir tersebut. Terutama warga Desa Surakarta. Mereka mengungsi di masjid, balai pertemuan maupun rumah keluarganya masing-masing.
Sebelumnya, banjir parah juga terjadi di Kecamatan Panguragan dan Susukan pada Senin (18/1). Di Kecamatan Panguragan, banjir melanda tiga desa. Yakni, Desa Panguragan Wetan, Panguragan Kulon dan Gujeg.
Di Desa Panguragan Wetan, tercatat ada 74 rumah warga yang terendam dengan ketinggian 50 - 160 cm. Selain itu, adapula tiga titik tanggul yang terkikis. Di Desa Panguragan Kulon, rumah warga yang terendam air terdata ada 415 rumah dengan ketinggian 30 - 60 cm.
Sedangkan di Desa Gujeg, ada 760 rumah warga yang terendam dengan ketinggian 40 - 80 cm. Selain itu, ada pula masjid, mushola dan sejumlah sarana pendidikan yang ikut terendam. "Banjir di ketiga desa itu disebabkan oleh meluapnya sungai Winong setelah diguyur hujan deras pada Senin (18/1)," kata Alex.
Di Kecamatan Susukan, banjir juga terjadi di tiga desa. Yakni, Desa Susukan, Bojong Kulon dan Bunder. Di Desa Susukan, ada 336 rumah warga yang terendam dengan ketinggian 20 - 80 cm. Banjir terjadi akibat meluapnya sungai Winong setelah hujan deras pada Senin (18/1).
Di Desa Bojong Kulon, ada 100 rumah warga yang juga tergenang air dengan ketinggian 20 - 80 cm. Sedangkan di Desa Bunder, air dengan ketinggian 20 - 90 cm menggenangi 335 rumah warga."Baik di Desa Bojong Kulon maupun Desa Bunder, banjir terjadi akibat meluapnya sungai Uwanganayam,"kata Alex.