Jumat 22 Jan 2021 05:33 WIB

Amerika Serikat yang Terluka, Terbelah dan Coba Bangkit Lagi

Puisi di Penatikan Joe Biden, Ironi Amerika yang terluka

Penyair Amerika Amanda Gorman membacakan puisi saat Pelantikan Presiden ke-59 di US Capitol di Washington, Rabu, 20 Januari 2021.
Foto: The Indiana Express
Penyair Amerika Amanda Gorman membacakan puisi saat Pelantikan Presiden ke-59 di US Capitol di Washington, Rabu, 20 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, Denny JA, Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI).

Di Acara Pelantikan Presiden Joe Biden, Puisi Dibacakan Penyairnya

Ini negara tengah luka. Publiknya terbelah. Namun, memori atas tradisi yang kuat,  membuatnya ingin bersatu dan bangkit kembali.

Itulah yang saya rasakan. Dua jam saya terdiam. Khidmat dan khusyuk mengikuti acara pelantikan Presiden Amerika Serikat ke-46, Joe Biden.

Ini tradisi inagurasi presiden paling tua dalam sejarah. Tradisi ini dimulai sejak tahun 1789. Sekitar 232 tahun lalu. Saat itu, George Washington diambil sumpahnya. 

George Washington tak hanya presiden pertama di Amerika Serikat, tapi juga presiden pertama yang dikenal peradaban. Di era itu, penguasa adalah Raja.

               ****

Yang unik dalam pelantikan ini, dihadirkan seorang penyair membacakan puisinya sebelum puncak acara.

Amanda Gorman, sang penyair. Usianya baru 22 tahun. Ia menjadi penyair termuda yang pernah membacakan puisi di acara pelantikan presiden. (1)

Ia membacakan puisi yang sesuai dengan kondisi perpecahan politik di Amerikat saat ini. Ia karang sendiri puisi itu, "The Hills We Climb".

Tradisi puisi yang mewarnai pelantikan dimulai oleh Presiden Kennedy pada 1961. Saat itu, penyair yang membacakan puisinya adalah Robert Frost. Ini penyair yang dalam hidupnya pernah 32 kali dicalonkan untuk menang hadiah Nobel.

Bill Clinton meneruskan tradisi membaca puisi dalam dua pelantikannya. Pada 1993 penyair Maya Angelou terpilih membacakan karyanya "On The Pulse of Morning".

Pada 1997 Bill Clinton kembali menghadirkan pembacaan puisi. Yang terpilih Miller Williams. Ia membacakan puisinya berjudul "Of History and Hope".

Presiden Obama dalam dua kali pelantikannya juga melanjutkan tradisi membaca puisi.

Pada 2009 terpilih penyair Elizabeth Alexander membacakan puisinya, "Pray Song For The Day".

Pada 2013 penyair yang terpilih Richard Blanco membacakan puisinya, "One Today".

Yang unik, empat presiden yang menampilkan pembacaan puisi semuanya dari Partai Demokrat; John F Kennedy, Bill Clinton, Barack Obama, dan Joe Biden.

Sementara, presiden dari Partai Republik, mulai dari Ronald Reagan, George Bush Senior, George Bush Junior, dan Donald Trump memilih inagurasi tanpa puisi.

Apakah presiden dari Partai Demokrat berbeda dengan presiden dari Partai Republik dalam memandang puisi?

Tak ada penjelasan soal itu. Yang jelas, John F Kennedy yang memulai tradisi puisi dikenal memang mementingkan hadirnya puisi di ruang publik.

Dua kutipan John F Kennedy soal puisi sangat terkenal.

Pertama, Keneddy mengatakan: 

“Jika saja lebih banyak politisi membaca puisi dan lebih banyak penyair peduli politik maka kita akan mewarisi dunia yang lebih baik.”

Kedua, Kennedy juga menyatakan: 

“Ketika kekuasaan membuat manusia arogan, puisi ingatkan keterbatasannya. Ketika kekuasaan mempersempit pandangan, puisi meluaskan renungan, menunjukkan keanekaan dan keberagaman.”

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement