REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat melalui Dinas Kesehatan memprioritaskan pelaksanaan tes cepat antigen Coid-19 bagi pengungsi korban gempa dengan gejala klinis. "Sekarang ini, untuk tracing yang baru kita assesment ialah mereka (pengungsi) yang ada gejala klinisnya," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dr Alief Satria yang dihubungi dari Makassar melalui sambungan telefon, Jumat (22/1).
Menurut dr Alief, tenaga kesehatan dan para relawan juga menjadi prioritas utama pelaksanaan tes cepat antigen karena memiliki intensitas bersama korban gempa yang lebih besar. Diharapkan mereka dalam keadaan aman dari Covid-19. Apalagi akses keluar-masuk relawan di Sulbar masih terus berlangsung.
Alief menyampaikan pelaksanaan PCR juga tengah dioptimalkan dan semakin efektif dilakukan setelah hadirnya satu unit mobile PCR dari Balai Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BPKL) Makassar dan dua tambahan laboran dari Kabupaten Pasangkayu.
"Sebenarnya kami memang sudah lakukan tes PCR tetapi sekarang kapasitasnya bisa lebih banyak lagi karena ada tambahan, baik itu laboran maupun mobile PCR," ujarnya.
Kepada pengungsi, pelaksanaan PCR dilakukan secara hati-hati untuk tetap menjaga kondisi psikologis para korban gempa berkekuatan 6,2 SR, Jumat pekan lalu. Maka Dinkes Sulbar terus melakukan koordinasi intens terhadap kondisi pengungsi di Mamuju maupun Majene yang juga masih dalam proses assesment.
"Kalau ke pengungsi, kami sangat hati-hati melakukan itu, karena kita tahu soal Covid-19 kan banyak yang resisten," ujar dia.
"Bahkan ini bisa jadi pangkal keributan lagi karena harus keluar dari pengungsian dan dibuatkan tempat karantina. Itu kan dampak psikologis juga, makanya kita edukasi dulu ke pengungsi, itu langkah-langkah yang kita lakukan," tambah Alief.
Langkah hati-hati ini dilakukan untuk mencegah timbulnya penolakan massal. Dinkes Sulbar pun samil mempersiapkan tempat untuk perawatan pasien Covid-19 untuk isolasi mandiri.