REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manuskrip milik penulis Dee Lestari yang berjudul Rapijali sempat "tertidur" selama 27 tahun. Tahun ini, dia memutuskan untuk merilisnya dalam dua versi. Apa yang menjadi alasan Dee?
Pemilik nama asli Dewi Lestari ini mengatakan sejak kecil sudah memiliki hobi menulis. Rapijali pun merupakan sebuah karyanya yang ditulis ketika lulus SMA pada tahun 1993, namun dulunya bernama Planet Ping.
"Dulu saya membayangkannya jadi cerbung (cerita bersambung) dan saya bagi-bagikan ke keluarga sendiri aja, tapi tidak sampai selesai karena keterbatasan saya dalam menyusun konflik, keterbatasan saya dalam menyusun cerita. Stelah itu saya mencoba menulis segala macam," kata Dee dalam bincang-bincang "Dee Lestari Rapijali Media Meet", Jumat.
Di tahun 2000-an, Dee membuat manuskrip Supernova. Karena sifatnya serial dan sudah berjanji untuk menerbitnya, Rapijali pun kembali "terkubur".
Waktu terus berjalan, karya-karya Dee yang lain pun terus bermunculan seperti Perahu Kertas, Filosofi Kopi, Madre hingga Aroma Karsa. Namun Rapijali yang mati suri terus mengusik pikiran Dee.
"Tahun 2007 saya sempat ada di persimpangan saat ditawari cerbung digital, saya ada di dua pilihan 'Perahu Kertas' atau 'Planet Ping', tapi 'Perahu Kertas' lebih rampung akhirnya saya memutuskan menghidupkan lebih dulu 'Perahu Kertas'," ujar Dee.
"Saat itu saya seperti terus dihantui oleh 'Planet Ping'. Selain itu, sebagai musisi masa saya enggak punya manuskrip tentang musik," imbuh dia.
Rapijali akan hadir sebagai cerita bersambung digital melalui platform Storial.co dan juga buku fisik yang dijadwalkan rilis pada akhir Februari 2021.