REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tesla menuding seorang mantan insinyur software yang baru masuk kerja selama tiga hari, diduga telah mencuri dokumen rahasia perusahaan, demikian warta Bloomberg, Sabtu (23/1).
Alex Khatilov, yang dipecat pada 6 Januari, dituduh mencuri 6.000 dokumen digital terkait program otomatisasi pada bisnis perusahaan mobil listrik pimpinan Elon Musk itu.
Tesla pada Jumat (22/1) meminta pengadilan distrik di Amerika Serikat untuk menahan Alex Khatilov, dan mendesak tertuduh itu agar segera mengembalikan seluruh dokumen kemudian menghapusnya dari penyimpanan pribadinya.
Produsen CyberTruck itu memang dikenal agresif dalam mengajukan tuntutan hukum terkait segala hal yang berkaitan dengan data karena persaingan mobil listrik yang kian ketat.
Sebelumnya, Khatilov dipekerjakan sebagai salah satu "karyawan terpilih" yang memang mendapat akses dokumen rahasia perusahaan. Tesla mengatakan, mereka harus mengajukan kasus ini ke meja hijau karena Khatilov dianggap berbohong dan berupaya melenyapkan bukti.
Khatilov yang baru mulai kerja pada 28 Desember 2020 mengaku terkejut atas gugatan Tesla. Ia mengatakan bahwa Tesla mengirimnya file berisi informasi untuk karyawan baru.
Khatilov kemudian mengirimnya ke cloud Dropbox pribadi agar bisa dikerjakan di komputer pribadi.“Tidak ada yang melarang saya menggunakan Dropbox,” kata Khatilov. "Saya tidak tahu mengapa mereka mengklaimnya sebagai informasi sensitif, saya tidak memiliki akses ke informasi sensitif apa pun."
Beberapa hari kemudian, Khatilov menunjukkan isi cloud Dropbox-nya kepada Tesla dan menghapus data tersebut atas permintaan perusahaan. Namun, beberapa jam kemudian Tesla memecatnya.
Menurut Tesla, penyelidik menemukan ribuan file rahasia dalam penyimpanan pribadi Khatilov. Perusahaan juga tidak tahu apakah insinyur itu telah menyalin file itu atau mengirimkannya ke penyimpanan lain. Khatilov membantah telah mengirimkan dokumen itu ke pihak mana pun.
"Dokumen itu sangat berharga bagi Tesla, dan itu akan menjadi pesaing," klaim perusahaan dalam gugatan ke pengadilan. “Akses ke dokumen memungkinkan para insinyur di perusahaan lain untuk merekayasa ulang proses Tesla untuk membuat sistem serupa dalam waktu singkat dan dengan sedikit biaya,” kata mereka.