REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Alumnus SMKN 2 Padang, Delima Febria Hutabarat, mengaku heran isu aturan menggunakan jilbab sekarang dipertentangan. Delima yang merupakan seorang non-Muslim merasa selama sekolah di SMKN 2 Padang sejak 2008-2011 merasa tidak pernah ada perbedaan.
Delima merasa lingkungan sekolahnya dulu tidak pernah mempersoalkan perbedaan agama dan aturan berpakaian Muslim di sekolah. Meski demi mengaku selama di SMKN 2 Padang, ia tidak merasa keberatan dengan aturan sekolah harus memakai rok panjang, baju kurung lengan panjang dan memakai kerudung.
"Sekolah tidak memaksakan harus memakai jilbab. Dan guru-guru kami itu sangat menghormati perbedaan agama dan keyakinan. Makanya heran kenapa sekarang heboh-heboh mengenai aturan pakaian," kata Delima, Ahad (24/1).
Delima mengatakan dia adalah penganut Nasrani. Karena itu tidak ada aturan dalam agamanya harus menggunakan jilbab.
Tapi Delima merasa dulu waktu masih sekolah, ia tidak keberatan memakai pakaian seragam baju kurung, rok panjang dan pakai jilbab. Karena menurut dia, memakai pakaian yang identik dengan pakaian Muslim tidak mengubah keyakinan dan kepercayaan terhadap agama yang ia anut.
"Tidak masalah memakai jilbab selagi tidak merusak keimanan. Cuma menutup kepala kan bukan berarti keimanan jadi berubah," ujar Delima.
Ketika baru masuk SMKN 2 Padang tahun 2008 lalu, orang tua Delima memang sempat mempertanyakan kenapa dirinya memakai jilbab. Tapi Delima meyakinkan orang tuanya bahwa semua murid di sekolahnya memakai pakaian berjilbab sehingga ia juga ingin seragam dengan teman-teman yang lain.
Selain mengenai berpakaian, Delima dan teman-temannya juga tidak pernah merasa risih bila ada acara-acara keagamaan mayoritas di SMKN 2 Padang. Karena para guru memberi kebebasan bagi siswa-siswi non Muslim untuk ikut atau tidak.
"Guru-guru memberi kebebasan (kepada kami non-Muslim). Sehingga tidak ada kami dulu yang merasa didiskriminasi," kata Delima menambahkan.