Selasa 26 Jan 2021 10:24 WIB

Soal Banjir Bandang, BIG Sarankan Kawasan Puncak Diperbaiki

Bupati Bogor meminta PTPN VIII menanam pohon vertiver, bukan teh.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Erik Purnama Putra
Genangan lumpur dan material banjir di kawasan Komplek Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor, pasca banjir bandang, Selasa (19/1).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Genangan lumpur dan material banjir di kawasan Komplek Gunung Mas Puncak, Kabupaten Bogor, pasca banjir bandang, Selasa (19/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Informasi Geospasial (BIG) telah melakukan analisis terkait bencana banjir bandang di kawasan Puncak, tepatnya Komplek Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada pekan lalu. Dari hasil analisis, wilayah terdampak banjir perlu segera diperbaiki dan memperkuat aspek mitigasinya.

Koordinator Informasi Geospasial Tematik Bidang Kebencanaan BIG, Ferrari Pinem mengatakan, permukiman di wilayah pegunungan, terutama di titik banjir perlu ditata kembali. "Penataan terhadap kemungkinan terjadinya risiko bencana di masa datang. Yakni dengan menguatkan aspek mitigasi, baik mitigasi secara struktural maupun non-struktural,” ujar Ferrari, Senin (25/1).

Ferrari menjelaskan, berdasarkan hasil olahan data yang mengacu paa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Nomor 41 Tahun 2007, wilayah terdampak bencana memiliki peruntukan pemukiman rendah. Hal itu juga dilihat dari jenis ancaman bencana geologi yang ada.

Setidaknya, ada tiga jenis bencana geologi yang perlu diantisipasi di daerah tersebut, yakni rawan bencana akan gunung api, gempa bumi dan gerakan tanah. “Hal ini menegaskan bahwa wilayah permukiman yang berdiri saat ini memiliki potensi ancaman dari satu atau lebih bencana geologi sehingga sangat beresiko,” lanjut Ferrari.

Sementara itu, sambung dia, posisi Komplek Gunung Mas terletak di sub daerah aliran sungai (DAS) Cisampay. Di mana wilayah itu merupakan wilayah tangkapan hujan berbentuk cekingan mangkok. Sehingga, curah hujan yang tertangkap di atasnya dialirkan pada satu titik (outlet), dan keluar melewati Komplek Gunung Mas.

Masih kata Ferrari, hal yang berpengaruh terhadap kejadian banjir bandang di Gunung Mas, yakni sub DAS Cisampay yang berbentuk bulat. Jika hujan turun di seluruh sub DAS, air hujan akan bertemu di satu titik pertemuan aliran secara bersamaan dan membahayakan lokasi di bawah pertemuan sungai. Lebih tepatnya Komplek Gunung Mas.

“Maka dari itu langkah yang paling ekstrem bisa saja melakukan proses relokasi terhadap wilayah yang emang secara alami sangat beresiko, karena berada pada zona yang sangat berbahaya dan sulit untuk dilakukan upaya mitigasinya,” ungkap Ferrari.

Bupati Bogor, Ade Munawaroh Yasin mengimbau perusahaan perkebunan dan perhutanan, salah satunya PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII untuk bekerja sama dengan BIG dalam pemanfaataan lahan. Dalam upaya melihat adanya potensi bencana.

Ade mengatakan, bencana yang terjadi di Gunung Mas, tidak semuanya menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor. "Karena kalau masuk perusahaan juga harus izin. Jadi kami mengimbau pada perusahaan-perusahaan seperti perhutani ini untuk juga bekerja sama dengan BIG untuk melihat potensi-potensi,” ujarnya.

Jika ada wilayah yang terdeteksi zona merah, Ade mengatakan, sebaiknya kawasan tersebut tidak ditempati warga ditanami teh. Sekaligus ditanami tanaman-tanaman keras, seperti pohon vertiver.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement