Rabu 27 Jan 2021 04:13 WIB

Apa Kucing dan Anjing Butuh Vaksin Covid-19?

Covid-19 diketahui menginfeksi sejumlah hewan selain manusia

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Petugas melakukan perawatan kepada dua ekor anjing saat pelayanan kesehatan hewan Peduli COVID-19 di Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Senin (18/5/2020). Pelayanan kesehatan hewan secara gratis yang berlangsung hingga Juli 2020 atas kerjasama RSHP dengan Animal Australia dan Dinas Pertanian Kota Denpasar tersebut memberikan layanan vaksinasi rabies, sterilisasi, tindakan kedaruratan dan pemeriksaan umum bagi anjing serta kucing yang tidak mampu diurus pemiliknya akibat perekonomiannya terdampak pandemi COVID-19.
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas melakukan perawatan kepada dua ekor anjing saat pelayanan kesehatan hewan Peduli COVID-19 di Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Senin (18/5/2020). Pelayanan kesehatan hewan secara gratis yang berlangsung hingga Juli 2020 atas kerjasama RSHP dengan Animal Australia dan Dinas Pertanian Kota Denpasar tersebut memberikan layanan vaksinasi rabies, sterilisasi, tindakan kedaruratan dan pemeriksaan umum bagi anjing serta kucing yang tidak mampu diurus pemiliknya akibat perekonomiannya terdampak pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Kucing dan anjing mungkin membutuhkan vaksin Covid-19 untuk mencegah virus corona berkembang lebih jauh dan menulari kembali manusia. SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 diketahui menginfeksi sejumlah hewan selain manusia, termasuk kucing, anjing, cerpelai, harimau, dan gorila.

Namun, saat ini, para ilmuwan tidak menganggap hewan memainkan peran penting dalam menyebarkan virus ke manusia. Laporan Covid-19 pada hewan peliharaan juga jarang terjadi menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

Baca Juga

Hanya saja, penulis editorial baru yang diterbitkan 25 Januari di jurnal Virulence, mengatakan bahwa "reservoir" hewan ini dapat menimbulkan risiko bagi manusia di masa mendatang. Sebab ada potensi virus untuk berevolusi pada spesies tersebut dan menyebar kembali ke manusia.

"Risikonya adalah, selama ada reservoir ini, ia mulai berpindah dari hewan ke hewan, dan kemudian mulai mengembangkan strain khusus hewan," Kevin Tyler selaku pemimpin redaksi Virulence dilansir dari Live Science pada Selasa (26/1).

Tyler mengatakan strain baru dapat menyebar kembali ke populasi manusia sebagai virus baru yang terkait Covid-19. "Tidak terpikirkan bahwa vaksinasi beberapa spesies hewan peliharaan mungkin juga diperlukan untuk mengekang penyebaran infeksi," lanjut tulisan itu.

Baca juga : Melihat Vaksinasi dari Sisi Medis, Fiqih dan HAM

Namun, penulis tidak menyerukan untuk memvaksinasi anjing dan kucing terhadap Covid-19 saat ini, melainkan mengusulkan gagasan tersebut untuk dipertimbangkan di masa depan. "Penting untuk ditekankan bahwa kami tidak melihat penularan selanjutnya pada kucing (atau anjing) saat ini dan pemilik tidak perlu mempertimbangkan untuk memvaksinasi [hewan peliharaan mereka] saat ini, tetapi kami harus bersiap untuk itu sebagai kemungkinan di beberapa tahap," ujar Tyler.

Memang, Departemen Pertanian AS (USDA) saat ini tidak memberikan persetujuan untuk lisensi vaksin Covid-19 hewan peliharaan. Alasannya, saat ini data tidak menunjukkan bahwa vaksin tersebut efektif pada hewan.

"Perusahaan masih bebas untuk melakukan penelitian dan pengembangan vaksin ini ... tetapi tanpa lisensi, mereka tidak dapat menjual atau mendistribusikannya," kata juru bicara USDA Joelle Hayden.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement