Rabu 27 Jan 2021 05:55 WIB

Ketika Kesultanan Turki Utsmani Membakar Kota Moskow  

Kesultanan Turki Utsmani melakukan perlawanan terhadap Kekaisaran Rusia

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Kesultanan Turki Utsmani melakukan perlawanan terhadap Kekaisaran Rusia. Ilustrasi Kota Moskow
Foto: Republika/Citra Listya Rini
Kesultanan Turki Utsmani melakukan perlawanan terhadap Kekaisaran Rusia. Ilustrasi Kota Moskow

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perang antara Kekaisaran Rusia dan Turki Utsmani yang kedua meletus pada 1571 ketika 120 ribu tentara Tatar Krimea dari tentara Utsmaniyah, yang dipimpin o Khan Dulat Krai I, menyerbu Moskow pada Mei tahun yang sama. Tentara tersebut melakukan pembakaran, dan menyebutnya sebagai 'Api Moskow'.

Tujuannya adalah merebut kembali kota Astrakhan dari Rusia. Kebakaran ini dianggap sebagai salah satu peristiwa kebakaran terbesar dalam sejarah kota Moskow. Karena orang-orang melarikan diri ke gereja untuk menghindari api, tetapi kobaran api itu runtuh di atas kepala mereka.

Sedangkan yang lainnya melompat ke Sungai Moskow dan banyak yang meninggal, dan sejarawan memperkirakan jumlah korban kebakaran dari 10 ribu menjadi 80 ribu orang.

Pada Juli 1572, pasukan Krimea Ottoman menghadapi 60 ribu tentara Kekaisaran Rusia yang dipimpin Pangeran Mikhail Fortansky, dalam pertempuran yang terjadi di dekat Desa Molde, selatan Moskow.

Tentara Rusia mampu mengepung pasukan Krimea dari berbagai daerah, salah satunya dengan menggunakan artileri oleh tentara Rusia.  Tentara Krimea yang didukung Ottoman benar-benar dikalahkan.

Di mana hanya 10 ribu tentara yang tersisa dan mereka dapat kembali ke Krimea. Kemudian mereka meninggalkan Kekaisaran Ottoman dan Krimea Khan, karena memiliki rencana ambisius untuk memperluas wilayah hingga ke utara ke Rusia.

Kesultanan Turki Utsmani dan Rusia kembali pecah sebagai hasil dari upaya ekspansionis Tsar Alexei I Rusia, dan keinginannya untuk merebut tanah subur yang menghadap ke laut, saat ia pergi bersama pasukannya ke selatan ke Ukraina dan Rumania, yang tunduk pada kekuasaan Turki Utsmani.

Pada 30 Oktober 1676, Sultan Ottoman Mehmed IV memimpin kampanye besar-besaran lebih dari 120 ribu tentara melawan tentara Tsar Rusia sampai mencapai benteng yang dibentengi selama dua bulan di wilayah Moskov di Ukraina.

Tentara Ottoman melawan tentara Rusia di wilayah Moskow. Meski terdapat sekitar 200 ribu tentara Rusia yang mempertahankan wilayah tersebut, Kesultanan Turki Utsmani menang dan kastil tersebut pun jatuh ke tangannya. Sekitar 20 ribu tentara Rusia tewas, dan Ottoman menguasai sebagian besar Ukraina.

Kemudian Sultan Mehmed IV melancarkan kampanye kedua melawan Rusia beberapa tahun setelah kampanye pertamanya, tetapi itu berakhir karena ada permintaan Kaisar Rusia untuk membuat perjanjian damai karena takut dia akan kehilangan Rusia yang kemudian jatuh ke tangan Ottoman. Perjanjian ini pun mengakhiri Perang Rusia-Ottoman dalam periode 1676- 1681.

Perjanjian tersebut ditandatangani pada 31 Januari 1681. Mereka menyetujui gencatan senjata untuk jangka waktu 20 tahun dan menerima Sungai Dnieper sebagai garis pemisah antara Kekaisaran Ottoman dan Rusia.

Sedangkan tepi kanan, bagian barat Sungai Dnieper, tetap berada di tangan Utsmani. Dan Kastil Sehrin dianggap sebagai milik Utsmani. Sedangkan Tepi Barat tetap berada di sebelah kiri Sungai Dnieper, yang berarti bagian timur Ukraina dan wilayah Zaporizhzhya, bagian tenggara bagian dari Ukraina tetap di tangan Rusia.

Sumber:  https://arabicpost.net/%d8%ab%d9%82%d8%a7%d9%81%d8%a9/history/2020/10/23/%d8%a7%d9%84%d8%af%d9%88%d9%84%d8%a9-%d8%a7%d9%84%d8%b9%d8%ab%d9%85%d8%a7%d9%86%d9%8a%d8%a9-%d8%b1%d9%88%d8%b3%d9%8a%d8%a7-%d8%a7%d9%84%d9%82%d9%8a%d8%b5%d8%b1%d9%8a%d8%a9-%d8%a7%d9%84%d8%b9%d8%ab/ 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement