Uni Eropa (UE) menyatakan kekecewaannya terhadap AstraZeneca pada hari Rabu (27/01), dengan mengatakan bahwa raksasa farmasi Inggris-Swedia itu mengingkari perjanjian vaksin virus corona dengan UE.
Komisaris Eropa untuk Kesehatan Stella Kyriakides mengatakan bahwa UE memiliki "kekhawatiran yang serius mengenai niat AstraZeneca untuk memasok dosis yang jauh lebih sedikit dalam beberapa minggu mendatang daripada yang disepakati dan diumumkan."
"Kami telah melakukan semua upaya untuk menyelesaikan situasi ini," kata Kyriakides. "Kami mengadakan pertemuan ketiga pada Senin (25/01) malam, yang lagi-lagi menghasilkan penjelasan yang tidak memadai dari perusahaan, dan ketidakpuasan yang mendalam di antara Negara Anggota UE."
'Tidak dapat diterima'
‘‘Pandangan bahwa AstraZeneca tidak berkewajiban untuk mengirimkan vaksin karena kami menandatangani perjanjian ‘upaya terbaik‘ adalah tidak benar dan tidak dapat diterima," katanya.
Kyriakides juga mengatakan bahwa dalam kontrak yang ditandatangani UE dengan AstraZeneca terkait pengiriman vaksin COVID-19, produsen obat tersebut berkomitmen untuk mengirimkan dosis dari empat pabrik, termasuk dua di Inggris.
"Kami selalu terbuka untuk berdiskusi dengan perusahaan guna menyelesaikan setiap masalah besar yang ada," tambahnya.
"Malam ini Dewan Pengarah akan bersidang lagi. Saya menyerukan kepada AstraZeneca untuk terlibat sepenuhnya, membangun kembali kepercayaan, memberikan informasi lengkap dan memenuhi kewajiban kontrak, sosial dan moral,‘‘ jelasnya.
Beragam pertanyaan muncul
Sebelumnya, muncul pertanyaan apakah AstraZeneca menarik diri dari pertemuan pada Rabu (27/01) dengan UE untuk membahas komitmen vaksin yang tertunda.
Dana Spinant, juru bicara Komisi UE mengonfirmasi laporan yang dibuat oleh kantor berita Reuters dan AP bahwa AstraZeneca telah menarik diri dari pertemuan malam itu dengan pejabat UE.
"Perwakilan AstraZeneca pagi ini telah mengumumkan bahwa mereka membatalkan keterlibatan," kata Spinant kepada wartawan.
Seorang pejabat senior Komisi UE mengatakan kepada DW bahwa mereka masih mengharapkan perusahaan tersebut ikut serta dalam rapat lanjutan.
AstraZeneca segera membantah bahwa mereka menarik diri dari pembicaraan tersebut.
"Kami dapat mengonfirmasi bahwa kami belum mundur, kami akan menghadiri pertemuan dengan pejabat Uni Eropa hari ini," kata seorang juru bicara AstraZeneca dalam sebuah pernyataan.
DW berbicara dengan Dr. Soumya Swaminathan, seorang kepala ilmuwan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tentang pembatasan pengiriman vaksin serta munculnya varian baru yang lebih menular.
Saat para pemimpin Eropa menyatakan kecewa dengan penundaan pengiriman vaksin virus corona dari AstraZeneca dan Pfizer, Swaminathan mengatakan penting untuk diingat bahwa memproduksi jutaan atau miliaran dosis itu membutuhkan waktu.
“Faktanya tetap bahwa pembuatan vaksin membutuhkan waktu untuk meningkatkan jumlah dosis,” katanya. "Jadi saya pikir kita juga harus meredam ekspektasi kita," tambahnya.
Apa yang akan dibicarakan AstraZeneca dan Uni Eropa?
Para pimpinan dijadwalkan untuk mengadakan pembicaraan dengan Komisi Eropa, untuk merundingkan kesepakatan vaksin, dan menjelaskan keterlambatan pengiriman.
Pengawas Obat Eropa (EMA) yang berbasis di Amsterdam, akan mengambil keputusan apakah menyetujui penggunaan vaksin AstraZeneca untuk digunakan di UE pada hari Jumat (29/01) besok.
Vaksin AstraZeneca dikembangkan bersama dengan para ilmuwan di Universitas Oxford.
Peluncuran vaksin Uni Eropa mendapat kecaman
Sebelumnya, pada hari Senin (25/01), UE mengancam akan memberlakukan kontrol ekspor yang ketat dalam beberapa hari terhadap vaksin COVID-19 yang diproduksi negara-negara anggota UE.
UE yang memiliki 450 juta warga dan pengaruh besar terhadap ekonomi dan politik perdagangan dunia, tertinggal dari negara-negara seperti Israel dan Inggris dalam meluncurkan vaksin virus corona.
UE mengonfirmasi lebih dari 400 ribu kematian akibat virus corona sejak pandemi dimulai tahun lalu.
pkp/rap (AP, Reuters)