REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Said bin Abi Arubah Rah.a berkata, "Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi yang dianggap sebagai penguasa yang zalim, suatu ketika melakukan ibadah haji. Di perjalanan ia berhenti di suatu tempat.
Kemudian ia memerintahkan pembantunya untuk menyiapkan sarapan pagi. Ia juga menyuruh pembantunya untuk mengundang makan penduduk setempat yang dijumpainya, sehingga ia berbincang-bincang dengan mereka kelak.
"Tujuannya Hajjaj bisa mengetahui keadaan yang sebenarnya," kata Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi Rah.a dalam kitabnya Fadilah Haji.
Maka dari itu salah seorang dari pembantunya segera pergi untuk mencari penduduk kampung. Di tengah perjalanan ia menemukan seorang badui sedang tidur telentang dengan nyenyaknya. Pembantu itu membangunkannya dengan menendangnya dan berkata.
"Mari kita pergi menghadap saja," katanya.
Akhirnya mereka sampai di hadapan Hajjaj. Hajjaj berkata kepada orang badui itu. "Basuhlah tanganmu dan mari makan bersama aku," ajak Hajjaj.
Orang badui itu berkata, "Engkau mengundangku hanya untuk makan?”
Orang badui itu melanjutkan perkataannya. "Tahukah, sebelum engkau mengundangku telah ada yang mengundang, yang derajatnya lebih tinggi dari."
Hajaj bertanya. "Siapakah dia?"
Oang badui itu menjawab "Dia adalah Allah yang memerintahkan aku berpuasa sehingga aku berpuasa hari ini."
Hajjaj bertanya. "Apakah kamu berpuasa pada siang yang panas terik ini?”
Orang badui itu menjawab. " Ya aku berpuasa untuk mempersiapkan hari yang lebih panas dari hari ini.”
Hajjaj berkata. "Batalkanlah puasamu dan makanlah bersamaku. Esok kamu dapat mengqadhanya."
Orang badui itu menjawab. "Baiklah jika engkau dapat menjamin bahwa aku akan hidup sampai besok, maka akan aku lakukan sebagaimana yang engkau kehendaki."
Hajjaj menjawab. "Memang siapakah yang berani menjaminnya?"
Orang badui itu berkata jika demikian mengapa aku menukar suatu yang tunai dengan suatu yang tangguh (utang) yang tidak dijamin?”
Hajjaj berkata. "Makanan ini sangat enak."
Orang badui itu berkata. "Engkau tidak dapat membuat makanan menjadi enak, bukan juga tukang masaknya. Tetapi sehat lah yang membuat makanan menjadi enak. Karena jika kesehatanku terganggu, tidak ada makanan yang terasa enak, dan jika kesehatanku baik, semua makanan terasa enak," katanya.