REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu permasalahan klasik dalam usaha dakwah di masyarakat adalah ketersediaan perangkat-perangkat dakwah yang belum layak. Ketiadaklayakan mushola atau masjid akan sangat menyulitkan proses penguatan dakawah di masyarakat.
Hal itu pula yang dirasakan oleh takmir mushola Al-Mu’min bernama Tarib. Pria berusia 46 tahun ini merasakan kesulitan dalam memfasilitasi gairah dakwah 50 jamaah musholahnya karena kondisi mushola Al-Mu’min yang kurang layak.
Mushola yang didirikan di pekarangan warga ini adalah bangunan semi permanen yang tidak memiliki plafon. Pintu kayu yang sangat sederhana serta kayu rapuh yang menjadi dinding mushola adalah gambaran sehari-hari ketika warga desa Lengkong Lor melakukan ibadah. Bahkan fasilitas listrik baru dipasang seminggu yang lalu karena ada proyek pembuatan sumur bor.
“Saya sangat berharap pembangunan Mushola Al-Mu’min segera selesai. Kemarin alhamdulilah, berkat bantuan DQ dan beberapa orang baik, kita bisa menyelesaikan pembangunan sumur bor. Kini proses pembangunan mushola di tanah wakaf sudah berlangsung 20%. Semoga sebelum ramadhan mushola sudah selesai dibangun sehingga warga bisa sholat tarawih di Mushola Al-Mu’min,” ungkap Tarib.