REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, perubahan iklim global merupakan hal yang nyata. Ini terbukti dari semakin meningkatnya kejadian cuaca ekstrem sebagai salah satu dampaknya.
"Saat ini semakin sering terjadi fenomena ekstrem, seperti kekeringan panjang akibat dampak El Nino dan musim hujan basah yang panjang dampak La Nina. Ini menunjukkan bahwa perubahan iklim global itu nyata," kata Dwikorita dalam konferensi pers yang dipantau secara daring di Jakarta, Ahad (31/1).
Dwikorita mencontohkan, salah satunya adalah fenomena El Nino dan La Nina, di mana berdasarkan data historis yang dihimpun BMKG, La Nina terjadi sejak 1950 diikuti El Nino pada 1951 dan seterusnya terjadi berulang.
Terpantau fenomena tersebut mengalami periode ulang antara 5-7 tahun pada 1950-1980, namun setelah 1981-2019 periode ulang La Nina dan El Nino semakin pendek menjadi 2-3 tahun.
Data dan fakta tersebut menunjukkan, kejadian ekstrem seiring dengan peningkatan temperatur udara dan berkorelasi dengan peningkatan intensitas hujan selama 30 tahun terakhir serta semakin pendeknya periode ulang La Nina dan El Nino.
Deputi Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan BMKG mencatat perubahan iklim jangka panjang telah terjadi di Indonesia dengan beberapa indikator, antara lain tren konsentrasi gas rumah kaca (GRK) yang diukur di udara bersih (background) Indonesia pada Stasiun Pemantau Atmosfer Global (Global Atmosphere Watch-GAW) BMKG Bukit Kototabang.
Pantauan tersebut menunjukkan laju peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan sulfur heksafluorida (SF6) berturut-turut sebesar 1,6 ppm/tahun, 0,089 ppm/tahun, 0,012 ppm/tahun, dan 0,000004 ppm/tahun.