REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Lida Puspaningtyas, Antara
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan melesat dipicu peresmian PT Bank Syariah Indonesia Tbk oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara. IHSG ditutup menguat 205,19 poin atau 3,5 persen ke posisi 6.067,55. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 35,32 poin atau 3,87 persen ke posisi 947,3.
Analis Foster Asset Management, Hans Mulyadi Irawan, Senin (1/2), mengatakan IHSG memang sudah mengalami kelebihan aksi jual (oversold) setelah terkoreksi tujuh hari berturut-turut sehingga indeks memantul di area support-nya. "Hari ini menguat di hampir semua sektor terutama oleh saham-saham BUMN di sektor mining, banking, dan konstruksi yang sudah oversold dan mengalami penurunan berturut-turut. Kalau untuk hari ini memang sentimen efektif beroperasinya Bank Syariah Indonesia (BSI), SWF dan data indeks manufacturing Indonesia yang membaik yang jadi pemicu menguatnya indeks," ujar Hans.
Presiden Jokowi di Istana Negara pada hari ini meresmikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk, yang merupakan penggabungan tiga bank syariah BUMN yakni PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Saham BRIS sendiri awal pekan ini melesat 360 poin atau 14,75 persen menjadi Rp 2.800 per saham.
Hans memprediksi sepekan ini IHSG masih memiliki peluang menguat meski akan cenderung terbatas karena masih minimnya sentimen positif di pasar. Dibuka melemah, selang sejam IHSG menguat dan terus berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.
Peresmian BSI memang sudah lama dinanti. Lewat mergernya tiga bank BUMN syariah tersebut Indonesia kini memiliki bank syariah terbesar.
Pada peluncuran BSI, ada lima pesan yang dititipkan Presiden Jokowi kepada direksi. Pertama, BSI harus menjaga perannya sebagai bank yang universal. Artinya, ujar Jokowi, BSI harus terbuka, inklusif, dan menyambut baik siapapun nasabah yang ingin bergabung tanpa memandang latar belakang.
Pesan kedua yang disampaikan presiden, BSI perlu memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital. Hal ini bertujuan untuk menjangkau lebih banyak nasabah di daerah, khususnya di pelosok, yang selama ini belum tersentuh pelayanan perbankan. Sistem keuangan digital inilah yang dipercaya menjadi solusi bagi perbankan untuk menjangkau kelompok ini.
"Ketiga, BSI harus menarik minat generasi muda milenial untuk menjadi nasabah. Jumlah generasi muda milenial Indonesia saat ini mencapai 25,87 persen dari total 270 juta penduduk Indonesia. Ini sebuah jumlah yang sangat besar," ujar Presiden.
Selanjutnya, pesan keempat, Jokowi meminta BSI untuk memberikan layanan keuangan syariah dan produk yang kompetitif dengan pasar. Produk dan layanan keuangan syariah ini harus menjawab kebutuhan konsumen, mulai dari pelaku UMKM, korporasi, hingga ritel.
"Juga harus mampu memfasilitasi nasabah agar cepat naik kelas dan menjadi tulang punggung ekonomi negara kita Indonesia," kata Jokowi
Terakhir, Jokowi mengingatkan bahwa PT Bank Syariah Indonesia Tbk berperan sebagai baromoter industri perbankan syariah di Indonesia. Karenanya, imbuh Jokowi, BSI mau tak mau harus jeli dan gesit dalam menangkap peluang pasar. Jokowi meminta BSI untuk membuat tren-tren baru dalam perbankan syariah demi menggaet lebih banyak nasabah.
"Bukan hanya mengiktui tren yang sudah ada," kata Jokowi.
Industri perbankan syariah di sepanjang tahun 2020 terbukti berhasil keluar positif. Tak salah bila dikatakan di Indonesia perbankan syariah sanggup mengejar perbankan
Presiden turut mengapresiasi kinerja perbankan syariah dalam negeri. "Dalam banyak hal perbankan syariah mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan bank konvensional," ujarnya.
Jokowi pun merinci prestasi perbankan syariah dari sejumlah aspek. Di sisi aset, perbankan syariah tumbuh 10,97 persen secara tahunan (year on year) per September 2020. Sementara bank konvensional hanya tumbuh 7,7 persen. "Artinya bank syariah lebih tinggi," kata Jokowi.
Lantas dari sisi dana pihak ketiga, perbankan syariah mampu mencatatkan pertumbuhan 11,56 persen (yoy). Angka tersebut masih di atas pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan konvensional sebesar 11,49 persen.
Selanjutnya dari sisi pembiayaan, perbankan syariah mencatatkan pertumbuhan 9,42 persen (yoy). Capaian ini jauh dari perbankan konvensional yang hanya tumbuh 0,55 persen.
"Indikator-indikator seperti ini saya kira patut kita catat. Dengan data seperti itu saya meyakini insya Allah ekonomi syariah Indonesia akan tumbuh sangat cepat. Akan berkontribusi besar dalam mewujudkan kesejahteraan umat dan masyarakat kita," kata Presiden.