REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah mengarungi lautan lebih kurang tiga malam, Kapal Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk Sulawesi Barat (Sulbar) akhirnya melabuhkan sauh di Pelabuhan Belang-Belang, Kabupaten Mamuju pada Senin (1/2) kemarin.
Kapal ini tak hanya berisi muatan logistik kemanusiaan, tapi juga mengangkut sejumlah relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) yang akan mendampingi para penyintas bencana di Sulawesi Barat. Mereka nantinya akan bergerak di Mamuju dan Majene. Para relawan ini bertugas membantu para penyintas menuju tahap pemulihan.
Harapan demi harapan terbaik pun terlantun atas kedatangan kapal yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan membawa seribu ton bantuan ini.
Gubernur Sulawesi Barat, Andi Ali Baal Masdar, pada acara penyambutan kedatangan Kapal Kemanusiaan mengatakan bantuan yang dihimpun ACT sangat membantu para penyintas gempa di berbagai kecamatan di Mamuju dan Majene. "Mudah-mudahan adanya bantuan ini bisa menjadi kebangkitan masyarakat Sulawesi Barat," ucap Ali dikutip di laman resmi ACT, Rabu (3/2).
Kapal Kemanusiaan untuk Sulbar ini membawa berbagai bantuan yang dihimpun dari masyarakat berbagai daerah, khususnya Jabodetabek, Banten dan Jawa Barat. Nantinya, distribusi bantuan tak hanya disalurkan bagi warga terdampak gempa di Mamuju saja, tapi juga para penyintas di Majene dengan prinsip pemerataan distribusi.
Berdasarkan informasi di lapangan, masuk pekan ke tiga pascagempa para penyintas masih bergantung pada bantuan kemanusiaan, khususnya dalam hal memenuhi kebutuhan harian. Belum semua penyintas mendapatkan bantuan yang sama.
"Pemerataan distribusi menjadi cita-cita besar kami untuk mengelola kedermawanan masyarakat. Kami masih menemukan banyak penyintas kekurangan pangan, apalagi masuk pekan ketiga pascagempa, bantuan kemanusiaan mulai berkurang. Melalui posko-posko kemanusiaan ACT yang tersebar di berbagai titik, pendistribusian akan lebih merata," ujar Direktur Eksekutif ACT, Dwiko Hari Dastriadi.