Rabu 03 Feb 2021 19:07 WIB

Tolak LGBT, Kicauan Menteri Turki Disebut Ujaran Kebencian

Mendagri Turki menegaskan sikapnya yang bertoleransi dengan LGBT.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Twitter
Twitter

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Media sosial Twitter melabelkan cicitan Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu sebagai ujaran kebencian. Cicitan itu merespons unjuk rasa yang memprotes keputusan Presiden Tayyip Erdogan untuk menunjuk rektor universitas.

"Apakah kita harus bertoleransi dengan penyimpang LGBT yang menghina Ka'bah? Tentu tidak," cicit Solyu di Twitter-nya.

Baca Juga

Rabu (3/2) Middle East Eye melaporkan Twitter mengatakan cicitan Soly seperti cicitan yang serupa pada akhir pekan lalu melanggar peraturan yang melarang ujaran kebencian. Twitter tidak menghapus unggahan Soylu agar dapat terus diakses demi kepentingan publik.

Para mahasiswa menggelar unjuk rasa di Bogazici University setelah Erdogan menunjuk politisi dan akademisi Melih Bulu sebagai rektor universitas tersebut. Mahasiswa mengatakan tindakan Erdogan tersebut tidak demokratis.

Pada Senin (1/2) kemarin mahasiswa menyebar foto di media sosial yang menggabungkan simbol LGBT dengan simbol agama Islam termasuk Kabah. Lalu polisi menahan empat orang mahasiswa sehingga total mahasiswa yang ditahan polisi 159 orang.

Kantor berita Reuters melaporkan sekitar 61 mahasiswa masih dalam tahanan. Selasa (2/2) kemarin para akademisi berkumpul di kampus Bogazici untuk menggelar protes di depan gedung rektor. Mereka meminta Melih Bulu untuk mengundurkan diri. Sebagian memegang spanduk bertuliskan '159' jumlah mahasiswa yang ditahan polisi.

Ratusan orang lainnya berkumpul di distrik Kadikoy, Istanbul, sambil membawa spanduk bertuliskan 'LGBTQ tidak akan berjalan sendiri'. Polisi membubarkan massa dengan semprotan cabai dan menahan 104 orang.

Dalam sebuah siaran langsung di televisi Soylu mengatakan tugasnya melindungi keluarga dari 'penyimpang LGBT'. "Saya orang beriman, dan menurut keimanan saya itu penyimpangan, sebagai Muslim, saya bertanggung jawab untuk menyampaikan ini, untuk melindungi institusi keluarga," katanya.

Di Ankara polisi bentrok dengan para pengunjuk rasa yang berteriak 'bahu membahu melawan fasis'. Dalam sebuah rekaman video terlihat polisi menarik para demonstran dan memborgol tangan mereka. Kantor berita Anadolu Agency melaporkan polisi menahan 69 orang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement