REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustadz Ahmad Sarwat Lc MA memberikan penjelasan mengenai pelajaran yang dapat dipetik dari kisah pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir.
Dia menjelaskan, ayat Alquran yang mengisahkan pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir itu ada asbabun nuzulnya, atau sebab turun.
"Sebagaimana kita ketahui, bahwa salah satu motivasi yahudi tidak mau beriman kepada Rasulullah SAW adalah karena mereka mengklaim bahwa mereka lebih mulia dari Muhammad SAW. Sebab ras mereka punya banyak nabi dan rasul. Bahkan mereka mengklaim bahwa mereka adalah bangsa Allah SWT yang terpilih (sya'bullahil mukhtar)," paparnya dilansir di laman Rumah Fiqih Indonesia.
Ustadz Ahmad menerangkan, orang Yahudi juga mengaku paling banyak memiliki kitab yang turun dari langit. Mereka juga mengaku paling banyak punya nabi, dan merasa paling mengerti sejarah para nabi, terutama Nabi Musa. Namun klaim tersebut diruntuhkan oleh Allah SWT.
Allah SWT menantang mereka soal apakah mereka mengetahui sepenggal kisah Nabi Musa AS yang bertemu dengan Nabi Khidir. "Punyakah mereka kisah di mana Musa bukan sebagai orang yang paling berilmu. Sebaliknya Musa digambarkan sebagai orang yang perlu belajar lagi kepada orang yang lebih tinggi ilmunya," tutur Ustadz Ahmad.
Orang-orang Yahudi pun terkejut saat mengetahui kisah perjalanan Nabi Musa AS bersama Nabi Khidir. Sebab mereka selama ini belum pernah mendengar kisah Musa bertemu dengan hamba Allah yang lebih tinggi ilmunya dan hidup di zaman Musa.
"Selama ini yang mereka tahu, orang paling besar di zaman nabi Musa adalah nabi Musa sendiri. Ternyata mereka keliru besar. Maka di dalam surat Al-Kahfi diceritakan secara lengkap kisah Musa yang belum pernah mereka dengar sebelumnya," jelasnya.
Jadi, Ustadz Ahmad menyampaikan, hikmah yang dapat diambil dari pengungkapan kisah itu adalah diruntuhkannya klaim orang Yahudi sebagai orang yang paling dekat dengan Allah. Karena tokoh mereka ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan hamba Allah yang lain. Bahkan Allah SWT sampai tidak menyebutkan nama hamba-Nya itu. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Musa tidak lebih berilmu dari orang yang biasa-biasa saja.
"Jadi jangan merasa bangga dulu menjadi yahudi, jangan merasa menjadi bangsa Allah yang terpilih. Orang Yahudi hendaknya malu kepada diri mereka. Sebab mereka membanggakan diri sebagai bangsa yang paling banyak punya nabi, ternyata giliran ada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, mereka malah tidak mau beriman," paparnya.