Selasa 16 Feb 2021 06:36 WIB

Kemenkop Pastikan Program PEN Bagi UMKM Dilanjut Tahun Ini

Program PEN untuk UMKM dan koperasi dianggarkan sebesar Rp 123,46 triliun.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja memproduksi kerupuk di Desa Imbanagara Raya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (30/11/2020). Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp123,46 triliun dalam bentuk program subsidi bunga, penjaminan kredit, relaksasi pajak, dan bantuan produktif untuk menyokong sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di masa pandemi.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Pekerja memproduksi kerupuk di Desa Imbanagara Raya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (30/11/2020). Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp123,46 triliun dalam bentuk program subsidi bunga, penjaminan kredit, relaksasi pajak, dan bantuan produktif untuk menyokong sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di masa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menyatakan, akan melanjutkan beberapa program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada tahun ini. Dengan begitu, semakin banyak pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19 yang terbantu. 

Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM Ahmad Zabadi mengatakan, program akan dilanjutkan berdasarkan evaluasi implementasinya pada 2020. Saat ini, lanjutnya, beberapa program PEN tengah dalam tahap pembahasan.

"Semoga hasil evaluasi nanti bisa diketahui, mana program yang akan dilanjutkan, mana yang di-hold. Lalu mana yang perlu ditambah kegiatan baru," ujar Ahmad dalam Forum Group Discussion (FGD) Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI pada Senin (15/2).

Pemerintah, lanjutnya, kini tengah menggagas skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan pola baru. "Ini memperluas akses pelaku usaha penuhi kebutuhan usahanya," ujar dia.

Dirinya menuturkan, PEN merupakan salah satu ikhtiar pemerintah dalam merespon sekaligus mengatasi dampak Covid-19. "Kita tahu Covid-19 ini sangat serius sekali memberikan dampak, tidak hanya ke bidang kesehatan tapi bagi ekonomi bangsa kita bahkan seluruh dunia," jelasnya. 

Covid-19, sambung dia, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi tahun lalu. Pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi nasional minus 5,2 persen. 

"Tidak pernah sebelumnya dalam sejarah kita. Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi semakin membaik pada kuartal III 2020 dan seterusnya. Artinya ikhtiar pemerintah atasi dampak Covid, trennya cukup berhasil," tutur Ahmad. 

Pemerintah pun, lanjutnya, optimis perekonomian semakin membaik tahun ini. Keoptimisan itu didukung adanya vaksin, kedisiplinan kuat masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan, serta upaya stimulasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement