Senin 22 Feb 2021 06:23 WIB

FIM-PII Jabar Diharap Garap Proyek Strategis Nasional

Insinyur muda diminta terlibat proyek kereta cepat dan jalur ganda Bogor-Sukabumi.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Erik Purnama Putra
Pekerja menyelesaikan pembangunan jalur ganda Bogor-Sukabumi di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (7/12/2020).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Pekerja menyelesaikan pembangunan jalur ganda Bogor-Sukabumi di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (7/12/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Forum Insinyur Muda-Persatuan Insinyur Indonesia (FIM-PII) Jawa Barat periode 2021-2024 resmi dikukuhkan di Hotel Swiss Bel Bogor, Kota Bogor, Ahad (21/2). Pengukuhan bertujuan dalam rangka mendorong peran insinyur muda dalam membangun negeri.

Ketua FIM-PII Jabar, Arif Marojahan Silaban mengatakan, organisasi tersebut memiliki potensi insinyur baik dari sisi jumlah maupun kualitas. Sebab, Jabar merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan insinyur terbaik dari berbagai universitas atau perguruan tinggi.

"Dari aspek sumber daya alam, Jawa Barat memiliki perkebunan, industri pertanian, dan peternakan yang cukup luas dan beragam, yaitu teh, kelapa sawit, tebu, tembakau, cengkeh, perkebunan jagung, industri pakan, pengolahan susu, dan lain-lain," ujar Arif di Kota Bogor, Ahad. "Selain itu, Jawa Barat memiliki beberapa kawasan industri strategis nasional seperti di Karawang, Cikarang, dan Bekasi."

Potensi tersebut, menurut Arif, perlu diorganisasi dan dikelola dengan sungguh-sungguh. Mengingat tantangan yang semakin nyata, terutama pada masa pandemi Covid-19. Dia menjelaskan, banyak industri mengalami dampak serius yang membuat pembangunan berhenti akibat pembatasan aktivitas di dalam pabrik.

Ketua FIM-PII Pusat, Haudhi Ramdayuza berharap, FIM-PII Jabar bisa mengeksplorasi program yang menjadi proyek nasional, misalnya jalur ganda Bogor-Sukabumi, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan pembangunan lainnya. "Dengan banyaknya program-program proyek strategis nasional ini menjadi potensi insinyur muda Indonesia,” katanya.

Ketua Umum Pengurus Pusat PII, Heru Dewanto menyampaikan, dibutuhkan kepemimpinan transformasional mulai dari pusat dan wilayah cabang, termasuk FIM. Hal itu selaligus untuk menerbitkan peraturan mengenai standar keinsinyuran.

"Baru-baru ini PII merekomendasikan agar sejumlah daerah khususnya daerah rawan gempa segera menerbitkan perda dalam menetapkan standar-standar keinsinyuran. Kami berharap agar seluruh pejabat melibatan keinsinyuran profesional," ujar Heru.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement