Selasa 23 Feb 2021 14:34 WIB

Kemenlu Bantah Dukung Pemilu Baru Myanmar

Indonesia mengimbau pihak-pihak di Myanmar menggunakan prinsip dalam ASEAN.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran berbaris selama protes terhadap kudeta militer Myanmar, di Yangon, Myanmar, 22 Februari 2021. Bisnis ditutup dan ribuan demonstran anti-kudeta turun ke jalan untuk pemogokan umum nasional yang disebut pemberontakan 22222 atau Lima Dua, mengacu pada Tanggal, 22 Februari 2021, meski junta militer memperingatkan adanya kekuatan mematikan.
Foto: EPA-EFE/NYEIN CHAN NAING
Demonstran berbaris selama protes terhadap kudeta militer Myanmar, di Yangon, Myanmar, 22 Februari 2021. Bisnis ditutup dan ribuan demonstran anti-kudeta turun ke jalan untuk pemogokan umum nasional yang disebut pemberontakan 22222 atau Lima Dua, mengacu pada Tanggal, 22 Februari 2021, meski junta militer memperingatkan adanya kekuatan mematikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Teuku Faizasyah membantah dengan tegas adanya laporan bahwa Indonesia mendukung pemilihan umum (pemilu) baru oleh junta di Myanmar. Sebelumnya  Reuters melaporkan adanya aksi demonstrasi di Kedutaan Besar RI (KBRI) di Yangon, Selasa (23/2).

"Dalam kesempatan ini sangat tegas membantah adanya satu plan action," ujar Faizasyah dalam pengarahan pers secara virtual, Selasa.

Baca Juga

Faizasyah menegaskan, posisi Indonesia tetap sama. Sedari awal adanya perkembangan politik di Myanmar, Indonesia sudah mengeluarkan satu pernyataan yang sangat jelas.

Indonesia, jelas Faizasyah, sangat prihatin atas perkembangan politik di Myanmar dan mengimbau pihak-pihak di sana menggunakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam piagam ASEAN. Prinsip tersebut di antaranya komitmen pada hukum pemerintahan yang baik, prinsip-prinsip demokrasi, dan pemerintahan yang konstitusional.

Indonesia juga menggarisbawahi bahwa perselisihan-perselisihan terkait hasil pemilu dapat diselesaikan dengan mekanisme hukum tersedia. Indonesia pun mendesak pihak-pihak di Myanmar menahan diri dan mengedepankan pendekatan dialog dalam mencari jalan keluar dari berbagai tantangan dan permasalahan yang ada sehingga tidak semakin memperburuk situasi di Myanmar.

"Jadi yang ingin kami garisbawahi setelah dari awal kita mengeluarkan pernyataan perkembangan politik di Myanmar, posisi nasional kita tidak ada perubahan atau tidak ada pergeseran posisi apapun dan ini dipertegas setelah Presiden Indonesia Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia yang meminta agar ada satu pertemuan khusus antara para menteri luar negeri ASEAN, " kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement