REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Patung terakhir mantan diktator Spanyol Francisco Franco yang berada di gerbang kota Melilla dibongkar pada Selasa (23/2). Tindakan itu diambil setelah memperoleh persetujuan dari majelis lokal.
Proses pembongkaran berlangsung tanpa kerumunan warga. Hanya sekelompok pekerja mengoperasikan penggali mekanis dan bor berat untuk mengikis platform batu bata tempat patung itu berdiri. Patung kemudian diangkat dengan rantai, dibungkus, lalu dipindahkan ke truk.
Elena Fernandez Trevino, tokoh yang bertanggung jawab atas pendidikan dan budaya di Melilla memuji keputusan majelis di sana untuk membongkar patung Franco. Dia menyebut patung itu adalah satu-satunya patung di ruang publik Eropa yang didedikasikan untuk diktator. "Ini adalah hari bersejarah bagi Melilla," ujarnya.
Dalam proses di majelis Melilla, hanya partai sayap kanan Vox yang menentang pembongkaran patung Franco. Mereka menyebut kehadiran patung itu bukan untuk memuji kediktatoran Franco, melainkan perannya di kemiliteran.
Spanyol memiliki Undang-Undang (UU) Memori Historis 2007. UU itu menyerukan penghapusan semua simbol yang terkait dengan rezim Franco. Patung Franco di Melilla didirikan pada 1978, tiga tahun setelah Franco meninggal.
Patung itu dihadirkan untuk memperingati peran Franco sebagai komandan Legiun Spanyol dalam Perang Rif. Peperangan Spanyol dan Prancis melawan suku Berber di wilayah pegunungan Rif, Maroko, itu berlangsung pada 1920-an.