REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam menghadapi permasalahan duniawi, manusia sejatinya terbagi menjadi empat golongan. Hal ini sebagaimana yang telah diingatkan Rasulullah SAW terkait manusia yang menanggapi karunia kehidupan baik dengan ilmu dan harta, salah satunya, atau bahkan tanpa kedua-duanya.
Dalam hadits Abu Kabsyah al-Anmari RA, dia mengatakan bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي كبشة الأنماري - رضي الله عنه - أنه سمع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: (أحدثكم حديثا فاحفظوه: إنما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلمًا فهو يتقي فيه ربه ويصِلُ فيه رحمه ويعلم لله فيه حقًّا، فهذا بأفضل المنازل، وعبد رزقه الله علمًا ولم يرزقه مالاً فهو صادق النية يقول لو أن لي مالاً لعملت بعمل فلان، فهو بنيته، فأجرهما سواء، وعبد رزقه الله مالاً ولم يرزقه علمًا فهو يخبِط في ماله بغير علم لا يتقي فيه ربه ولا يصل فيه رحمه ولا يعلم لله فيه حقا، فهذا بأخبث المنازل، وعبد لم يرزقه الله مالاً ولا علمًا فهو يقول لو أن لي مالاً لعملت فيه بعمل فلان، فهو بنيته، فوزرهما سواء
“Uhaditsukum haditsan fahfahzhuhu, innama ad-dunya li-arba’ati nafarin. Abdin razaqahullahu maalan wa ilman fahuwa yattaqiy fiihi Rabbahu wa yashilu fiihi rahimahu waya’lamu lillahi fiihi haqaan fahadza bi-afdhali al-manaazila wa abdin razaqahullahu ilman wa lam yarzuqhu maalan fahuwa shaadiqu an-niyyati yaqulu law anna liy maalan la-amiltu bi-amali Fulanin fahuwa biniyyatihi fa-ajruhuma sawaa-un wa abdin razaqahullahu maalan wa lam yarzuqhu ilman fahuwa yakhbithu fii malihi bighairi ilmin laa yattaqi fiihi Rabbahu wa laa yashilu fiihi rahimahu wa laa ya’lamu lillahi fiihi haqqan fahadza bi-akhbatsi al-manaazila wa abdin lam yarzuqhullahu maa lan wa laa ilman fahuwa yaqulu law anna liyy maalan la-amiltu fiihi mi-amali Fulanin fahuwa biniyyatihi fawizruhuma sawaa-un.”
Yang artinya: “Sesungguhnya dunia diisi oleh empat golongan orang. (Pertama), seorang hamba yang dikaruniai Allah harta dan ilmu, dan dengan ilmu itu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta itu ia dapat menggunakannya untuk menyambung silaturrahim. Dan ia tahu bahwa Allah memiliki hak padanya, dan inilah tingkatan yang paling baik.”
“(Kedua), seorang hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, namun ia memiliki niat yang tulus sambil berkata: andai saja aku memiliki harta, niscaya aku akan melakukan amalan seperti si Fulan. Maka dengan begitu, ia mendapatkan apa yang dia niatkan, bagi keduanya pahala yang sama.”
“(Ketiga), seorang hamba yang diberikan harta namun Allah tidak memberikannya ilmu. Ia menggunakan hartanya tanpa ilmu, ia tidak takut kepada Allah yang mana memiliki hak atas harta dan dirinya. Dan inilah tingkatan terburuk.”
“(Keempat), seorang hamba yang tidak diberikan Allah harta maupun ilmu namun ia berkata: andai aku memiliki harta tentu aku akan melakukan apa yang dilakukan Fulan yang menggunakan hartanya dengan semena-mena. Bagi keduanya, dosa yang sama,”.
Dilansir di Islamweb, Jumat (26/2), hadits ini merupakan hadits yang menjelaskan mengenai kumpulan ragam jenis manusia terkait kondisi yang mereka karuniakan dari Allah SWT di dunia.
Perkara ilmu dan harta memang menjadi nilai penting yang ditekankan dalam Islam. Namun demikian, keduanya merupakan aspek yang perlu ditanggapi dengan aturan syariat agar manusia selalu ingat bahwa itu hanyalah titipan Allah SWT semata.
Sumber: islamweb