Sabtu 27 Feb 2021 05:15 WIB

Arab Saudi dan Tradisi Membakar Bukhur atau Dupa

Bukhur dan oud ada di sebagian besar daftar belanja keluarga Arab Saudi.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Arab Saudi dan Tradisi Membakar Bukhur atau Dupa. Aneka parfum berbahan mawar di tempat penyulingan mawar di Taif yang bisa dibeli pengunjung.
Foto: Dok MCH
Arab Saudi dan Tradisi Membakar Bukhur atau Dupa. Aneka parfum berbahan mawar di tempat penyulingan mawar di Taif yang bisa dibeli pengunjung.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Bukhur atau dupa dan minyak oud serta parfum Timur Tengah lainnya ada di sebagian besar daftar belanja keluarga Arab Saudi. Membakar oud atau gaharu adalah tradisi lama yang dipraktikkan di hampir setiap rumah di Arab Saudi sepanjang tahun. 

Dilansir di Arab News, kebiasaan ini juga digunakan sebagai hadiah dalam acara-acara sosial seperti pernikahan dan pertunangan. Biasanya orang-orang akan memasukkan potongan kayu oud berukuran sedang dalam kotak kado tradisional yang disajikan kepada orang tua dan kerabat dekat pengantin wanita.  

Baca Juga

Saat Idul Fitri, sudah menjadi tradisi membakar sebagian dan membiarkan aroma asapnya memenuhi rumah saat menerima tamu. Banyak juga orang memakainya sebagai parfum, menggunakan minyak oud, saat mereka pergi sholat Idul Fitri dan saat berkunjung.

Karena itu, permintaan oud akan meningkat di bulan Ramadhan menjelang Idul Fitri. “Permintaan mencapai puncaknya pada 10 hari terakhir Ramadhan untuk menggunakannya untuk hari raya Idul Fitri dan sholat. Kebanyakan pembeli adalah orang Saudi, beberapa di antaranya berasal dari negara Teluk lain dan negara Afrika Utara, terutama Maroko," kata Saleh Omar Banafe yang memiliki toko dupa di Jeddah.

Keluarga Banafe telah menjalankan bisnis ini selama lebih dari 35 tahun. “Beberapa pedagang membeli barangnya dari orang lain, yang membawanya dari luar negeri. Beberapa melakukan perjalanan sendiri ke negara-negara Asia Tenggara untuk mendapatkan gaharu dari Burma, Kamboja, Malaysia dan Jawa di Indonesia," katanya yang menyebut oud pada umumnya mahal. 

“Ini karena bahaya yang terlibat dalam proses mendapatkannya. Oud diekstrak dari jantung pohon yang tumbuh di hutan. Proses mengekstraksi dan membawanya melibatkan perjalanan yang sulit dan kemungkinan bertemu dengan predator dan hewan berbisa.  Beberapa pedagang mengalami kecelakaan selama perjalanan tersebut,” ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement