Kamis 04 Mar 2021 08:52 WIB

Intelijen Ungkap Plot Serangan ke Capitol Hill pada 4 Maret

Aparat kepolisin AS telah bersiap untuk menghadapi kemungkinan rencana serangan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto file 6 Januari 2021 ini, dua pria berdiri bersenjata di depan Rumah Gubernur di Olympia, Washington, selama protes mendukung Presiden Donald Trump dan menentang penghitungan suara elektoral di Washington, DC, menegaskan Kemenangan Presiden terpilih Joe Biden. Setelah siklus pemilu 2020 yang didominasi oleh teori konspirasi dan klaim palsu tentang pemungutan suara, pejabat tinggi pemilu di seluruh negeri menanti pemilu di masa depan dan bergulat dengan bagaimana mereka dapat melawan gelombang informasi yang salah yang menyebabkan ancaman kekerasan terhadap mereka dan akhirnya kerusuhan yang mematikan. di Capitol.
Foto: AP/Ted S. Warren
Dalam foto file 6 Januari 2021 ini, dua pria berdiri bersenjata di depan Rumah Gubernur di Olympia, Washington, selama protes mendukung Presiden Donald Trump dan menentang penghitungan suara elektoral di Washington, DC, menegaskan Kemenangan Presiden terpilih Joe Biden. Setelah siklus pemilu 2020 yang didominasi oleh teori konspirasi dan klaim palsu tentang pemungutan suara, pejabat tinggi pemilu di seluruh negeri menanti pemilu di masa depan dan bergulat dengan bagaimana mereka dapat melawan gelombang informasi yang salah yang menyebabkan ancaman kekerasan terhadap mereka dan akhirnya kerusuhan yang mematikan. di Capitol.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Otoritas federal Amerika Serikat (AS) dan Kepolisian Capitol mengonfirmasi pada Rabu (3/3) setempat tentang adanya rencana penyerangan terhadap Capitol pada Kamis (4/3). Hal itu didapat setelah mengumpulkan data-data dari intelijen AS, dan langsung meningkatkan langkah-langkah keamanan sebagai tanggapannya.

"Departemen Kepolisian Capitol AS mengetahui dan bersiap untuk segala potensi ancaman terhadap anggota Kongres atau terhadap kompleks Capitol," kata Kepolisian Capitol dalam rilisnya seperti dikutip laman Aljazirah, Kamis.

Baca Juga

Pihak penegak hukum Capitol telah memperoleh informasi intelijen yang menunjukkan kemungkinan rencana untuk menggeruduk Capitol oleh kelompok garis keras yang teridentifikasi pada Kamis, 4 Maret. "Kami telah melakukan peningkatan keamanan yang signifikan untuk mencakup pembentukan struktur fisik dan peningkatan tenaga kerja memastikan perlindungan Kongres, publik dan petugas polisi kami," ujar Kepolisian Capitol.

NBC News melaporkan buletin bersama dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dan FBI yang berisi peringatan tentang kekerasan yang direncanakan. Koresponden Aljazirah di Washington, Mike Hanna pada Rabu (3/3) malam mengatakan, House of Representative AS telah menangguhkan persidangan yang akan digelar pada Kamis, sebab memperhatikan situasi dan sangat waspada setelah potensi ancaman.

Hanna mengatakan, Senat AS masih dijadwalkan untuk bertemu. Rencana yang mungkin muncul tersebut tampaknya terkait dengan teori gerakan konspirasi QAnon sayap kanan. Para pencetus konspirasi QAnon meyakini mantan presiden AS Donald Trump dipilih untuk memerangi komplotan rahasia elite liberal global yang merupakan iblis interdimensi atau alien yang memanen darah anak-anak agar tetap awet muda.

Teori tersebut mengusulkan bahwa 4 Maret adalah tanggal pelantikan yang sebenarnya untuk Trump, yang mereka yakini menang dalam pemilihan November dan akan tetap menjabat untuk terus memerangi "globalis". Gerakan ini didasarkan pada drop, atau postingan forum, dari sosok anonim yang dikenal sebagai Q. Namun, QAnon sebagian besar terdesentralisasi tetapi menampilkan kerja sama di antara penganut dan telah memasukkan berbagai aspek dari banyak konspirasi lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement