Jumat 05 Mar 2021 06:10 WIB

Tentara Myanmar Gunakan TikTok untuk Ancam Pengunjuk Rasa

Pasukan Myanmar menyampaikan ancaman pembunuhan pada pengunjuk rasa.

Red: Ani Nursalikah
 Para pengunjuk rasa berjongkok setelah polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan protes anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 3 Maret 2021. Di antara mereka, Angel, 19, kiri, juga dikenal sebagai Kyal Sin, berlindung sebelum dia ditembak di kepala.
Foto: REUTERS/Stringer
Para pengunjuk rasa berjongkok setelah polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan protes anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 3 Maret 2021. Di antara mereka, Angel, 19, kiri, juga dikenal sebagai Kyal Sin, berlindung sebelum dia ditembak di kepala.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Tentara dan polisi Myanmar yang bersenjata dilaporkan menggunakan TikTok untuk menyampaikan ancaman pembunuhan kepada pengunjuk rasa yang menentang kudeta militer. Militer juga mendorong aplikasi video singkat itu untuk menghapus konten yang memicu kekerasan.

Kelompok hak digital Myanmar ICT for Development (MIDO) pada Kamis mengatakan telah menemukan lebih dari 800 video pro militer yang mengancam pengunjuk rasa pada saat pertumpahan darah meningkat. Sebanyak 38 pengunjuk rasa tewas pada Rabu (3/3), menurut penghitungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Baca Juga

"Ini baru puncak gunung es," kata Direktur Eksekutif MIDO Htaike Htaike Aung, yang mencatat ada ratusan video tentara dan polisi berseragam di TikTok.

Juru bicara tentara dan junta tidak menanggapi permintaan dari Reuters untuk berkomentar. Satu video dari akhir Februari yang ditinjau oleh Reuters menunjukkan seorang pria berseragam tentara mengarahkan senapan serbu ke kamera dan berbicara kepada pengunjuk rasa, "Saya akan menembak wajah Anda, dan saya menggunakan peluru sungguhan. Saya akan berpatroli di seluruh kota malam ini dan saya akan menembak siapa pun yang saya lihat. Jika Anda ingin menjadi martir, saya akan memenuhi keinginan Anda."

Reuters tidak dapat menghubunginya atau pria berseragam lainnya yang muncul di video TikTok atau untuk memverifikasi mereka berada di angkatan bersenjata. TikTok adalah platform media sosial terbaru yang mengalami perkembangan konten yang mengancam atau ujaran kebencian di Myanmar.

Baca juga : Youtube Masih Khawatir Buka Blokir Akun Trump

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement