Khofifah Siapkan Solusi Atasi Luapan Sungai Kedunggaleng
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Khofifah Indar Parawansa | Foto: Republika/Wihdan
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan, pihaknya akan segera membuat plengsengan permanen sebagai solusi penanganan banjir akibat luapan Sungai Kedunggaleng Kabupaten Probolinggo. Namun untuk sementara waktu, Khofifah menjanjikan pembuatan bronjong sebagai penanganan darurat di tanggul-tanggul yang jebol.
“DED-nya sedang dihitung mungkin kurang lebih 1,5 bulan supaya titik-titik rawan ini bisa dilakukan recovery lebih dulu dan selanjutnya sambil disesuaikan kemampuan anggaran di tahun 2022,” kata Khofifah melalui siaran tertulisnya, Jumat (12/3).
Khofifah mengatakan, Pemprov Jatim, Kementerian PUPR melalui BBWS Brantas, serta Pemkab Probolinggo sudah mengalokasikan anggaran untuk penanganan Banjir luapan Sungai Kedunggalang. Sehingga dalam waktu dekat pemasangan bronjong bisa segera dimulai, sebelum nantinya akan dibangun plengsengan permanen.
Khofifah melanjutkan, pihaknya masih memetakan titik-titik kritis dan strategis yang akan dipasangi plengsengan lebih dulu. Kemudian pihaknya juga akan melihat kekuatan jembatan yang ada di tiap desa yang menyambungkan dua wilayah.
"Sehingga ini yang harus dijaga supaya bagaimana jembatan ini bisa diprioritaskan untuk membantu mobilitas masyarakat di saat plengsengan dibangun, supaya koneksitas tetap tersambung,” ujarnya.
Selain menyiapkan plengsengan permanen, Khofifah juga meminta seluruh warga untuk gotong royong mengaktifkan kembali relawan Jogo Kali serta tidak membuang sampah ke sungai. Hal ini dikarenakan seringkali banjir terjadi akibat terjadiny penumpukkan sampah di bantaran sungai.
“Beberapa banjir sebelumnya seperti di Gempol, Jombang, dan Nganjuk juga karena menumpuknya sampah sehingga untuk mengurainya perlu alat berat. Serta jangan sampai sungai dijadikan tempat pembuangan sampah,” kata dia.
Khofifah melanjutkan, dalam mengatasi masalah banjir juga diperlukan pendekatan pentahelix. Yakni dengan melibatkan pemerintah, sektor swasta, akademisi, media, serta masyarakat termasuk para relawan. Pendekatan pentahelix ini dipandang penting karena permasalahan banjir ini membutuhkan perhatian semua pihak.
Seperti diketahui, tingginya curah hujan di hulu Sungai Kedunggaleng pada Rabu (10/3) sore menyebabkan air sungai meluap dan banjir yang menggenangi sejumlah jalan dan permukiman warga. Selain itu, banjir ini juga disebabkan sedimentasi dasar sungai dan sungai yang tidak mampu menampung debit air sungai yang sangat deras.
Beberapa wilayah yang terdampak banjir di antaranya Desa Kalirejo, Desa Kedungdalem, Desa Tegalrejo.