REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Antoly Antonov mengatakan banyak pekerjaan harus dilakukan untuk meninjau hubungan AS dengan negaranya. Moskow ingin menilai kembali relasi dengan Washington setelah Presiden AS Joe Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai pembunuh.
"Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, itu perlu untuk menganalisis keadaan hubungan Rusia-Amerika yang kami hadapi," kata Antonov saat hendak bertolak ke Moskow dari bandara New York pada Sabtu (20/3), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Antonov diketahui dipanggil pulang setelah Biden menyebut Putin pembunuh. Antonov mengungkapkan, saat tiba di negaranya, akan ada beberapa pertemuan yang dijadwalkan di Moskow untuk membahas isu terkait.
Berbagai departemen bakal dilibatkan. "Sulit untuk mengatakan sekarang berapa lama waktu yang dibutuhkan (untuk meninjau hubungan Rusia-AS. Tapi saya akan tinggal selama diperlukan," ucapnya.
Antonov menekankan Rusia selalu tertarik menjalin hubungan dengan AS, pun sebaliknya. "Pihak Rusia selalu menekankan bahwa kami tertarik pada pengembangan hubungan Rusia-Amerika sama seperti kolega Amerika kami," ujarnya, mengomentari prospek hubungan bilateral.
Dalam wawancara dengan ABC News yang disiarkan pada Rabu (17/3), Biden melontarkan pernyataan keras terhadap Putin. Hal itu bermula saat Biden mengomentari laporan intelijen AS yang menyebut Rusia melakukan upaya untuk mengintervensi jalannya pilpres AS tahun lalu. Putin adalah tokoh yang bertanggung jawab di balik operasi tersebut.
Biden mengatakan Putin akan menerima konsekuensi atas tindakannya. "Dia (Putin) akan bertanggung jawab," ujarnya. Saat ditanya apa ganjaran yang bakal diperoleh Putin, Biden menjawab, "Anda akan lihat segera".
Terkait Putin, Biden mengatakan dia tak berpikir pemimpin Rusia itu memiliki jiwa. Saat ditanya apakah dia berpikir Putin adalah pembunuh, Biden menjawab, "Ya, saya berpikir demikian".