REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok menunjukkan niat serius menangani kasus gizi buruk dan stunting atau gagal tumbuh pada anak. Penanganan tersebut tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga membutuhkan sinergisitas dari seluruh pihak, termasuk masyarakat.
"Dalam percepatan penurunan serta pencegahan gizi buruk dan stunting diperlukan koordinasi, sinergisitas dan sinkronisasi dari pihak terkait agar pelaksanaannya dapat optimal," ujar Kepala Dinkes Kota Depok, Novarita saat menjadi pembicara diskusi 'Penurunan Angka Gizi Buruk dan Stunting' secara virtual di Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (25/3).
Menurut Novarita, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Menurut dia, penyebab gizi buruk dan stunting sekitar 40 persen kontribusi dari lingkungan, berupa sanitasi lingkungan yang baik serta tersedianya air bersih.
"Sebanyak 30 persen dari faktor perilaku pola asuh, pola makan dan pola hidup. Kemudian, 20 persen faktor pelayanan kesehatan dan 10 persen faktor genetik," terangnya.
Novarita menambahkan, upaya penurunan angka gizi buruk dan stunting dilakukan melalui dua intervensi. Caranya, intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
"Jika kedua intervensi dilakukan secara terintegrasi akan sangat efektif karena dapat lebih memperkuat efektivitas penurunan stunting. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantuan, dan evaluasi," katanya.