REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, laju perekonomian di Jawa Timur mengalami kontraksi sebesar 2,39 persen sepanjang 2020. Namun demikian, aangka tersebut masih cenderung lebih baik dibandingkan dengan beberapa daerah di pulau Jawa.
Khofifah juga menyampaikan, capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur selalu mengalami peningkatan setiap tahun. IPM Jawa Timur tahun 2020 sebesar 71,71. Meningkat 0,21 poin dibanding tahun 2019 dan merupakan peningkatan tertinggi diantara provinsi lain di Pulau Jawa.
"Hal itu menunjukkan semakin membaiknya kualitas pembangunan manusia di Jatim," kata Khofifah saat menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Tahun Anggaran 2020 kepada DPRD Jatim dalam rapat Paripurna yang digelar di Kantor DPRD Jatim, Surabaya, Senin (29/3).
Pada kesempatan yang sama, Khofifah menjelaskan bahwa target pendapatan asli daerah Pemprov Jatim pada PAPBD tahun 2020 adalah sebesar Rp 15,44 triliun. Dalam realisasinya, pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 17,95 triliun atau mencapai 116,2 persen melebihi target.
Sedangkan belanja daerah yang telah direalisasikan sebesar Rp 32,28 triliun atau 93,41 persen dari target belanja daerah sebesar Rp 34,56 triliun. Sementara realisasi belanja tahun 2019 tercatat 89,38 persen; tahun 2018 tercatat 92,23 persen; dan tahun 2017 tercatat 93,34 persen.
Selanjutnya, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) maupun APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2020 telah mengakomodir tuntutan perkembangan kondisi terkini. Khususnya terkait dampak pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal 2020.
Dalam hal prosentase penduduk miskin di Jawa Timur pada September 2020 sebesar 11,46 persen, atau meningkat 0,37 persen terhadap Maret 2020 "Secara nasional semua provinsi mengalami peningkatan penduduk miskin akibat Covid-19. Begitu pula kabupaten-kota di Jawa Timur," ujar Khofifah.