Selasa 30 Mar 2021 21:03 WIB

Menlu Retno: Kekerasan di Myanmar tak Dapat Diterima

Menlu Retno menekankan pentingnya dialog untuk menyelesaikan krisis Myanmar,

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi (kanan) dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (kiri) berpose sebelum pertemuan bilateral mereka di Tokyo, Jepang, Senin (29/3).
Foto: EPA-EFE/DAVID MAREUIL / POOL
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi (kanan) dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (kiri) berpose sebelum pertemuan bilateral mereka di Tokyo, Jepang, Senin (29/3).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Jepang Toshimitsu Motegi di Tokyo pada Selasa (30/3). Selain hubungan bilateral, mereka turut membahas isu kawasan dan dunia.

Salah satu isu yang dibahas Retno dan Motegi tentang gejolak di Myanmar. Retno menyebut, Indonesia dan Jepang memiliki keprihatinan sama dalam melihat perkembangan situasi di Myanmar. “Indonesia menolak keras kekerasan oleh aparat keamanan yang menyebabkan jatuhnya lebih dari 100 korban meninggal pada 27 Maret 2021. Ini tidak dapat diterima dan harus dihentikan,” kata Retno dalam konferensi pers virtual.

Baca Juga

Retno menekankan pentingnya dialog untuk menyelesaikan krisis Myanmar. Hanya melalui dialog Myanmar dapat menyelesaikan masalah.

Pada Senin lalu, setidaknya 107 demonstran dilaporkan terbunuh dalam aksi menentang kudeta militer. Hari paling berdarah dalam gelombang demonstrasi menolak kudeta adalah pada Sabtu (27/3) pekan lalu. Pasukan keamanan membunuh 114 pengunjuk rasa.

Retno dan Motegi turut membahas tentang Indo-Pasifik. Retno menekankan, Indo-Pasifik harus menjadi kawasan damai dan sejahtera. Hal itu dapat terwujud jika para pihak di kawasan mengedepankan kerja sama dan mematuhi hukum internasional. “Rivalitas dan konfrontasi tidak akan menguntungkan siapa pun,” kata Retno.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement