Sabtu 10 Apr 2021 06:01 WIB

Negara Berpenghasilan Rendah Terima 0,2 Persen Vaksin Dunia

Masih ada ketidakseimbangan yang mengejutkan dalam distribusi vaksin global

Rep: kamran dikarma/ Red: Hiru Muhammad
Seorang pria Palestina menerima suntikan vaksin virus corona Sputnik V buatan Rusia, di sebuah klinik UNRWA di Kota Gaza, Rabu (17/3). Otoritas Palestina mengatakan akan menerima 62.000 dosis vaksin virus corona melalui kemitraan Organisasi Kesehatan Dunia yang dirancang untuk membantu negara-negara miskin.
Foto: AP/Khalil Hamra
Seorang pria Palestina menerima suntikan vaksin virus corona Sputnik V buatan Rusia, di sebuah klinik UNRWA di Kota Gaza, Rabu (17/3). Otoritas Palestina mengatakan akan menerima 62.000 dosis vaksin virus corona melalui kemitraan Organisasi Kesehatan Dunia yang dirancang untuk membantu negara-negara miskin.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2 persen dari produksi vaksin dunia. Hal itu menunjukkan adanya ketidakseimbangan dan ketidaksetaraan dalam hal distribusi.

“Lebih dari 700 juta dosis vaksin telah diberikan secara global, tapi lebih dari 87 persen telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas. Sementara negara-negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2 persen,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam webinar tentang Covid-19 pada Jumat (9/4).

Dia mengungkapkan, dari 220 negara sebanyak 194 di antaranya telah memulai vaksinasi, sedangkan 26 lainnya belum. Dari total negara yang belum melakukan vaksinasi, tujuh di antaranya telah menerima pasokan vaksin dan dapat segera melaksanakan vaksinasi. Sementara lima negara bakal memperoleh vaksin dalam beberapa hari mendatang.

Ghebreyesus menjelaskan sebagian besar negara tidak memiliki cukup vaksin untuk memvaksinasi semua petugas kesehatan atau kelompok berisiko. Hal itu menghambat vaksinasi bagi masyarakat umum. “Masih ada ketidakseimbangan yang mengejutkan dalam distribusi vaksin global,” ujarnya.

Sebelumnya Ghebreyesus menyoroti masih adanya sejumlah negara yang belum memiliki cukup akses terhadap vaksin Covid-19. Dia menyebut hal itu sebagai parodi. “Peningkatan produksi dan distribusi yang adil tetap menjadi penghalang utama untuk mengakhiri tahap akut pandemi Covid-19. Merupakan parodi bahwa di beberapa negara pekerja kesehatan dan kelompok berisiko tetap sama sekali tidak divaksinasi," kata Ghebreyesus.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement