Ahad 11 Apr 2021 06:27 WIB

Presiden Macron Tutup Sekolah Elite Prancis

Sekolah negeri ENA di Prancis dianggap terlalu elite

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Foto: AP/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menutup sekolah pemerintahan negara Ecole Nationale d'Administration (ENA). Sebagai gantinya, Macron membuka sekolah pemerintahan negara yang baru yaitu Public Service Institute (ISP), pada Jumat (9/4). 

Penggantian ini merupakan upaya untuk mengubah citra pegawai negeri Perancis. Macron mengatakan, pembentukan ISP akan menciptakan layanan publik senior hingga tantangan zaman. 

Baca Juga

"Kami harus secara radikal mengubah cara kami merekrut, cara kami melatih, cara kami memilih elite administratif, cara kami membangun karier," ujar Macron, dilansir Anadolu Agency, Ahad (11/4).

"Seorang pegawai negeri senior harus mengerti kondisi di lapangan. Pegawai negeri yang memiliki kapasitas tinggi adalah cerminan wajah Prancis," ujar Macron menambahkan.

Macron pertama kali berkomitmen untuk menutup ENA pada 2019. Tepatnya selama puncak gerakan sosial kelas pekerja "rompi kuning" yang menantang kepresidenannya.

ENA didirikan oleh Charles de Gaulle pada tahun 1945 pada akhir Perang Dunia II. Sekolah tersebut telah menjadi simbol tempat pelatihan Prancis bagi para pemimpin masa depan.

Selama bertahun-tahun ENA dianggap sebagai sekolah yang terlalu elite. Sekolah itu  dipenuhi dengan siswa berprestasi yang akan mengisi jabatan tinggi dalam koridor kekuasaan. Hal tersebut telah menghadapi kritik karena menghasilkan pejabat publik yang terputus dari realitas lapangan dan kesulitan rakyat biasa.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement