REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bicara penyembuhan hati maka tidak bisa dilepaskan dari penyakit hati yang menjadi faktor penyebabnya. Dengan begitu dapat diketahui bagaimana pencegahannya.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, dalam Madarij As Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’inu, menjelaskan penyakit hati bersumber dari dua hal, yaitu rusak ilmu dan rusak tujuan. Inilah yang kemudian menimbulkan kemarahan dan angan-angan. Berangan-angan adalah wujud dari rusaknya ilmu. Sedangkan kemarahan hasil dari rusaknya tujuan.
Penyakit hati, yang ditimbulkan akibat rusak ilmu dan rusak tujuan, tidak bisa disembuhkan kecuali dengan obat berupa ayat ke-5 Surat Al Fatihah.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."
Hati dapat membawa pada dua penyakit besar. Pertama, jika seorang hamba tidak mencegahnya, maka ia akan menjadi rusak yang mewujud pada sifat sombong dan munafik. Karena itu, obat kemunafikan adalah hanya dengan menjalankan perintah Allah SWT. Sedangkan obat kesombongan adalah hanya mencari pertolongan kepada Allah SWT.
Ibnu Taimiyah sering mengatakan bahwa kepatuhan diri kepada Allah SWT akan menebus kemunafikan. Dan meminta pertolongan Allah SWT adalah wujud menebus sifat sombong.
Karena itu juga, Surat Al Fatihah yang memuat kedua jenis pengobatan tersebut, dapat menyembuhkan seorang hamba dari berbagai macam penyakit. Jika cara penyembuhan ini dilakukan, maka berarti telah melakukan penyembuhan tahap pertama.
Sumber: islamweb