REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah Jepang meminta Myanmar untuk membebaskan seorang jurnalis asal Jepang yang ditangkap oleh pasukan keamanan di kota terbesar Yangon pada Ahad (18/4). Tidak diketahui pasti alasan penangkapan yang dilakukan oleh petugas itu.
Kepala Sekretaris Kabinet, Katsunobu Kato, mengatakan kepada wartawan pada Senin (19/4), bahwa pemerintahnya meminta pihak berwenang Myanmar untuk menjelaskan penangkapan tersebut. Dia mendesak junta memberikan rincian lainnya sambil meminta pembebasannya sesegera mungkin.
Kato tidak mengidentifikasi tahanan tersebut,. Namun media Jepang mengidentifikasi dia sebagai Yuki Kitazumi. Kitazumi adalah mantan reporter surat kabar bisnis Nikkei yang saat ini berbasis di Yangon sebagai jurnalis lepas.
"Kami akan terus meminta pihak Myanmar untuk pembebasan lebih awal, sambil melakukan yang terbaik untuk melindungi warga Jepang di negara itu," kata Kato.
Televisi publik Jepang NHK mengutip para saksi mata , bahwa mereka melihat Kitazumi ditangkap dan dibawa dari rumahnya. Kitazumi telah ditahan sebentar pada akhir Februari oleh polisi saat meliput protes pro-demokrasi di Myanmar akibat tindakan militer menggulingkan pemerintah terpilih pada 1 Februari.
Jepang telah meningkatkan kritik terhadap tindakan keras mematikan Myanmar terhadap oposisi. Meskipun, Tokyo tetap telah mengambil pendekatan yang lebih lunak daripada Amerika Serikat dan beberapa negara lain yang menjatuhkan sanksi terhadap anggota junta militer.
Junta membebaskan lebih dari 23 ribu tahanan untuk menandai liburan tahun baru tradisional pada 17 April. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, pasukan pemerintah telah menewaskan sedikitnya 728 pengunjuk rasa dan pengamat sejak pengambilalihan tersebut. Kelompok itu mengatakan 3.141 orang, termasuk pemimpin sipil yang digulingkan Aung San Suu Kyi, berada dalam tahanan.