Rabu 21 Apr 2021 11:51 WIB

Eropa Temukan Keterkaitan Vaksin J&J dan Pembekuan Darah

Masalah pembekuan darah langka ditemukan pada orang dewasa penerima vaksin J&J di AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Vaksin Johnson & Johnson. Regulator obat Eropa menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin Covid-19 Johnson & Johnson (J&J) dan masalah pembekuan darah. Insiden ini terjadi pada orang dewasa yang menerima suntikan vaksin J&J di Amerika Serikat (AS).
Foto: Johnson & Johnson via AP
Vaksin Johnson & Johnson. Regulator obat Eropa menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin Covid-19 Johnson & Johnson (J&J) dan masalah pembekuan darah. Insiden ini terjadi pada orang dewasa yang menerima suntikan vaksin J&J di Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Regulator obat Eropa menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin Covid-19 Johnson & Johnson (J&J) dengan masalah pembekuan darah. Insiden ini terjadi pada orang dewasa yang menerima suntikan vaksin J&J di Amerika Serikat (AS).

European Medicines Agency (EMA) mengatakan, komite keamanannya telah menyimpulkan bahwa peringatan tentang pembekuan darah yang tidak biasa dengan trombosit rendah harus ditambahkan ke label vaksin J&J. Peninjauan terhadap beberapa kasus mendorong penangguhan dalam peluncuran vaksin J&J di Eropa dan Amerika Serikat minggu lalu.

"Saya harus menekankan lagi (kasus) sangat jarang dan dalam sebagian besar kasus, vaksin ini akan mencegah kematian dan rawat inap akibat Covid-19," kata Direktur Eksekutif EMA Emer Cooke. 

EMA memeriksa delapan kasus pembekuan yang terjadi pada orang dewasa AS di bawah 60 tahun. Pembekuan darah sebagian besar terjadi pada wanita setelah tiga minggu menerima vaksinasi J&J untuk dosis pertama. Lebih dari 7 juta dosis vaksin J&J telah diberikan di Amerika Serikat pada 13 April. Badan pengawas UE mengatakan sebagian besar pembekuan terjadi di otak dan perut, seperti kasus tembakan AstraZeneca, Vaxzevria, yang juga sedang dipelajari untuk masalah serupa.

"Satu penjelasan yang masuk akal untuk kombinasi gumpalan darah dan trombosit darah rendah adalah respon imun, yang mengarah ke kondisi yang mirip dengan yang kadang-kadang terlihat pada pasien yang diobati dengan heparin," kata pernyataan EMA.

EMA mengatakan, ada lebih dari 300 kasus pembekuan darah langka yang dikombinasikan dengan jumlah trombosit rendah, setelah penggunaan semua vaksin Covid-19. Beberapa ilmuwan mengatakan, desain serupa dari vaksin AstraZeneca dan J&J dapat menjelaskan kemungkinan hubungan dengan insiden pembekuan darah. 

Baca juga : Dr Andani Sebut Sumbar dalam Kondisi Terburuk Sejak Pandemi

Kedua vaksin tersebut didasarkan pada teknologi yang menggunakan versi modifikasi dari adenovirus, yang menyebabkan flu biasa, sebagai vektor untuk mengirimkan instruksi ke sel manusia. Profesor virologi molekuler di Universitas Nottingham, Inggris, Jonathan Ball, mengatakan, efek samping serupa menunjukkan adenovirus yang tidak aktif mungkin menyebabkan masalah. 

"Namun, penting untuk diingat bahwa pada kebanyakan orang manfaat vaksin ini jauh lebih besar daripada risikonya--ini adalah potensi efek samping yang sangat jarang," kata Ball.

J&J telah menunda pengiriman vaksin ke Eropa. Perusahaan tersebut berencana mengirim 55 juta dosis ke Uni Eropa seperti yang tertuang dalam kontrak. Vaksin J&J, yang dikembangkan oleh unit Janssen, adalah satu dari empat vaksin Covid-19 yang diizinkan untuk digunakan di Eropa. J&J mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan regulator dan mencatat bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara kasus pembekuan dan vaksin buatannya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement