Setidaknya empat orang meninggal dunia dan belasan lain luka-luka menyusul ledakan bom di sebuah hotel yang diinapi duta besar Cina di Quetta, ibu kota provinsi Balochistan, Pakistan, Rabu (21/4).
"Sebuah delegasi Cina beranggotakan empat orang yang diimpin duta besar sedang menginap di hotel itu,” kata Menteri Dalam Negeri Pakistan, Syekh Rashid Ahmad, yang menyebut insiden tersebut sebagai "aksi terorisme.”
"Duta besar sedang berada di luar hotel ketika ledakan terjadi,” imbuhnya.
Azhar Ikram, perwira senior kepolisian di Quetta, mengonfirmasikan kabar bahwa duta besar Cina selamat dari serangan. "Penyelidikan awal menyimpulkan ledakan dipicu bom rakitan yang disimpan di dalam salah satu kendaraan,” katanya.
Pada Kamis (22/4), kelompok militan Tehreek-e-Taliban (TTP) mengaku bertanggungjawab atas serangan tersebut. "Serangan ini adalah serangan bunuh diri oleh salah seorang anggota kami, dengan menggunakan mobil berisikan bahan peledak terhadap hotel,” kata juru bicara TTP dalam sebuah pesan pendek kepada Reuters.
TTP biasanya beroperasi di kawasan perbatasan, Khyber Pakhtunkhwa. Namun sejak 2019 silam, kelompok yang berafiliasi dengan Islamic State itu mulai melebarkan sayap ke provinsi yang dibalut perang saudara itu.
Jentik separatisme
Pemberontakan di Balochistan menyala dalam remang sejak era kolonialisme Inggris, dan berlanjut pasca separasi Pakistan dengan India. Jiran di timur berulangkali dituduh ikut membiayai perlawanan etnis Baloch, yang dibantah oleh pemerintah di New Delhi.
Saat ini terdapat lebih dari lima organisasi separatis Baloch yang beroperasi di Pakistan. Pada 2018, empat kelompok terbesar, Balochistan Liberation Army, Baloch Liberation Front, Baloch Republican Army, dan Baloch Republican Guard, menjalin aliansi bernama Baloch Raji Aajoi Sangar (BRAS) untuk menyerang Pakistan dan perwakilan Cina.
Pada 2019 sekelompok orang bersenjata menewaskan delapan orang usai menyerang hotel mewah di dekat pelabuhan laut dalam yang dibangun Cina di Gwadar. Pelabuhan itu memberikan Cina akses strategis ke Laut Arab dan berada di ujung koridor ekonomi.
Juni silam, kelompok pemberontak Baloch menyerang Bursa Saham Pakistan yang separuhnya dimiliki Cina. Serangan itu diklaim oleh Balochistan Liberation Army.
Motivasi ekonomi
Meski kaya sumber daya alam, Balochistan tergolong provinsi miskin di Pakistan. Saat ini kawasan gurun di selatan itu mencatatkan nilai Produk Domestik Brutto yang lebih kecil ketimbang Punjab, Sindh atau kawasan perbataan Afghanistan, Khyber Pakhtunkhwa.
Kesenjangan ini diklaim turut mengompori sentimen anti pemerintah, terutama terhadap Koridor Ekonomi Cina-Pakistan (CPEC), yang oleh warga lokal dikeluhkan hanya menguntungkan pekerja dari luar.
CPEC adalah salah satu proyek raksasa dalam skema jalur sutra abad 21, Belt and Road Initiative. Proyek senilai USD 46 juta ini membuka jalur perdagangan berupa jalan bebas hambatan dan jaringan rel kereta dari kawasan Xinjiang menuju pelabuhan Gwaddar.
Menyusul serangan di Quetta, Kementerian Luar Negeri di Cina mengaku tidak menerima laporan adanya korban jiwa di antara warga negaranya. Juru bicara Kemenlu, Wang Wenbin, mengecam serangan tersebut sebagai sebuah aksi terorisme.
rzn/as (rtr, afp, ap)