REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kelompok Penasihat Strategis Ahli Imunisasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperbarui panduan penggunaan vaksin AstraZeneca pada Kamis (22/4). Mereka memasukkan sindrom pembekuan darah langka sebagai tindakan kehati-hatian.
Keputusan tersebut diambil berdasarkan data baru yang terus muncul melalui uji klinis dan pemantauan vaksinasi di seluruh dunia. Dalam panduan terbarunya, WHO menyatakan trombosis dengan sindrom trombositopenia, yakni kondisi pembekuan darah langka dikombinasikan dengan jumlah trombosit yang rendah, telah dilaporkan antara empat dan 20 hari setelah pemberian vaksin AstraZeneca.
Dikatakan bahwa "hubungan biasa" antara vaksin AstraZeneca dan sindrom tersebut dianggap mungkin. Penyelidikan lebih lanjut pun sedang berlangsung. "Namun, penilaian risiko-manfaat mungkin berbeda dari satu negara ke negara lain, dan negara-negara harus mempertimbangkan situasi epidemiologis mereka, risiko tingkat individu dan populasi, ketersediaan vaksin lain dan pilihan alternatif untuk risiko," kata Kelompok Penasihat Strategis Ahli Imunisasi WHO, dikutip laman United Press International.
Sejumlah negara di dunia, termasuk Eropa, telah menangguhkan dan membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca. Hal itu karena munculnya kasus pembekuan darah pada segelintir orang yang menerima vaksin tersebut. WHO mengatakan hubungan kausal antara penggunaan vaksin AstraZeneca dan munculnya kasus pembekuan darah pada sejumlah orang di dunia "masuk akal". Namun hal itu belum dikonfirmasi.
Hal itu disampaikan setelah Sub-komite Covid-19 dari Komite Penasihat Global WHO untuk Keamanan Vaksin meninjau informasi terbaru dari European Medicines Agency (EMA) dan Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris. "Berdasarkan informasi saat ini, hubungan kausal antara vaksin dan terjadinya pembekuan darah dengan trombosit rendah dianggap masuk akal tetapi belum dikonfirmasi," kata WHO pada 7 April lalu.
Baca juga : Alasan Mengapa Vaksin Covid-19 Sebabkan Nyeri Lengan