REPUBLIKA.CO.ID,AL-WAJH -- Provinsi al-Wajh di wilayah Tabuk yang menghadap ke pantai barat laut Laut Merah memiliki sejumlah masjid bersejarah yang didirikan lebih dari 200 tahun yang lalu.
Beberapa masjid tersebut, di antaranya Masjid al-Ashraaf, Masjid al-Bedaiwi, Masjid al-Bouq, dan Masjid Abu Naboot. Masjid ini yang didirikan sebelum tahun 1251 Hijriyah.
Dilansir di saudigazette.com.sa, masjid-masjid tersebut dianggap sebagai mercusuar pendidikan untuk menghafal dan mempelajari Alquran. Lensa Saudi Press Agency (SPA) menyoroti warisan sejarah dan arsitektur masjid-masjid ini, terutama yang masih menerima jamaah.
Dilansir di arabnews.com, al-Wajh sendiri merupakan kota tua di Arab Saudi. Kota ini memiliki bangunan, dinding, dan kastil tradisional sebagai warisan arsitektur yang hebat, memberikan wawasan tentang desain dan gaya tempat tinggal lama, serta keterampilan penduduk setempat.
Pada zaman kuno, kota ini dikenal sebagai pelabuhan al-Hijr atau Madain Saleh, dan disebutkan oleh sejarawan dan ahli geografi, seperti al-Yaqoubi dalam bukunya al-Buldan dan al-Udhri dalam bukunya Nizam al-Murjan wa Masalik al-Buldan.
Kota ini merupakan pintu gerbang perdagangan dan pertukaran budaya antarnegara bagian di pantai timur dan barat Laut Merah, selain menjadi jalur ziarah. Paling menarik perhatian orang yang lewat di gang-gang dan jalan-jalan tua al-Wajh adalah desain arsitektur “rawashin” (memproyeksikan jendela berkisi dengan kayu yang rumit).
Keindahan desainnya menambah karakter khusus pada bangunan tradisional di sini dan di kota-kota pesisir lainnya di mana budaya Arab dan asing bercampur. Lokasi kota ini merupakan persimpangan jalan bagi para pelancong yang datang dari utara dan barat laut Arab, dan pintu gerbang maritim bagi mereka yang berkunjung dari benua Afrika ke Tanah Suci untuk menunaikan haji atau berkunjung dan berdagang.
Selain desainnya yang indah di fasad bangunan, rawashin berkontribusi dalam mengurangi suhu dalam ruangan selama musim panas. Kayu memiliki sifat isolasi yang meminimalkan infiltrasi pasir dan debu ke dalam rumah. Selain itu, desainnya memungkinkan komunikasi antartetangga dengan tetap menjaga privasi.
Abdul-Malik al-Harbi, seorang perajin, mengatakan, rawashin merupakan salah satu industri tradisional utama di al-Wajh. Rawashin biasanya dibuat di tempat. Dekorasi diukir dari kayu sebelum struktur dipasang di jendela bangunan.
Al-Harbi mengatakan bahwa minat terhadap desain ini telah menimbulkan persaingan antarperajin, yang menyebabkan keragaman bahan yang digunakan dan memperkaya keindahan desain arsitekturalnya.
Ali bin Suleiman al-Balwi, peneliti spesialis sejarah Tabuk, mengatakan rawashin juga menjadi desain yang tersebar luas di Kota Hijaz dan provinsi lain karena pengaruh perdagangan. Dia mengatakan bahwa desainnya membantu mengontrol aliran udara dan pencahayaan dalam ruangan. Selain itu, ini berkontribusi pada pendingin alami di rumah.