REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengungkapkan bahwa pasukan elite Garda Revolusi Iran memiliki pengaruh yang lebih besar dalam urusan luar negeri, dan dokumen nuklir negara.
Dalam wawancara yang disiarkan oleh saluran berita satelit, Iran International yang berbahasa Persia pada Ahad (25/4) malam, Zarif mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki pengaruh atas kebijakan luar negeri Iran.
"Saya tidak pernah bisa memberi tahu seorang komandan militer untuk melakukan sesuatu, untuk membantu diplomasi," kata Zarif.
Dalam rekaman wawancara yang bocor ke publik, Zarif mengungkapkan tentang sejauh mana pengaruh mendiang komandan Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani terhadap kebijakan luar negeri. Menggunakan bahasa yang jarang terdengar dalam politik di Iran, Zarif mengisyaratkan bahwa Soleimani mencoba merusak kesepakatan nuklir Iran 2015 (JCPOA), dengan berkolusi dengan Rusia.
"Dia (Soleimani) meminta saya untuk membuat konsesi atau poin ini atau itu hampir setiap kali saya pergi untuk bernegosiasi (dengan kekuatan dunia)," kata Zarif dalam rekaman, yang disiarkan di saluran TV Clubhouse pada Ahad malam.
"Keberhasilan bidang (militer) lebih penting daripada keberhasilan diplomasi. Saya sedang bernegosiasi untuk keberhasilan bidang (militer)," kata Zarif menambahkan.
Soleimani adalah tokoh penting yang membangun jaringan pasukan proxy Iran di seluruh Timur Tengah. Dia tewas dalam serangan pesawat tak berawak milik AS di Irak tahun lalu.
Iran membalas dengan serangan roket di pangkalan udara Irak, yang merupakan markas pasukan AS. Beberapa jam kemudian, pasukan Iran menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Ukraina yang lepas landas dari Teheran. Beberapa hari kemudian, Garda Revolusi Iran mengakui bahwa mereka salah sasaran.
"Saya katakan (pada pertemuan Keamanan Nasional Tertinggi) bahwa dunia mengatakan pesawat itu terkena rudal. Jika pesawat itu benar-benar terkena rudal, beri tahu kami agar kami dapat melihat bagaimana kami dapat memperbaikinya. Mereka mengatakan kepada saya; 'buat cuitan di Twitter dengan penyangkalan'," kata Zarif.